Selain itu, pabrik ini juga merupakan fasilitas yang sebelumnya digunakan Sharp untuk merakit TV. Laporan Associated Press menyebut bahwa Sharp akan memproduksi sebanyak 150 ribu masker per hari pada akhir bulan Maret ini, meningkat sebanyak 500 ribu unit per hari.
Fasilitas ini disebut sesuai untuk memproduksi masker karena standar kebersihan dasarnya yang tinggi. Sharp, yang dimiliki oleh Foxconn, dilaporkan belum menentukan rencana menyoal harga atau distribusi untuk masker tersebut.
Masker kesehatan merupakan pemandangan umum di Jepang, terutama di musim dingin saat banyak orang yang menggunakannya untuk mencegah penyebaran penyakit. Namun, sejak penyebaran virus korona terjadi, masker kesehatan ini, juga produk rumah tangga lain seperti tisu toilet, semakin sulit ditemukan.
Hal ini disebabkan oleh pembatasan yang diterapkan peritel Jepang, hanya mengizinkan masyarakat untuk membeli satu pak per pembelian. Di sejumlah negara di luar Jepang, lokasi masker tidak banyak dijual, penjual meningkatkan harga penjualan secara signifikan di marketplace online.
Sementara itu, US Surgeon General Jerome Adams secara tegas meminta agar publik tidak mendorong peningkatan permintaan untuk masker kesehatan ini melalui akun Twitternya. Adams menegaskan bahwa masker kesehatan ini tidak efektif mencegah publik umum terpapar virus korona.
Akibat peningkatan permintaan publik umum ini, lanjut Adams, petugas layanan kesehatan tidak bisa menyediakan masker kesehatan untuk orang yang sakit. Hal ini meningkatkan bahaya kesehatan dan risiko penyebaran penyakit baik bagi pasien maupun masyarakat.
Sementara itu panduan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa masyarakat sehat hanya perlu menggunakan masker jika merawat orang yang diduga terinfeksi virus korona. Masyarakat dengan gejala COVID-19 dapat memperlambat penyebaran penyakit ini jika dikombinasikan dengan pencucian tangan secara rutin dan menyeluruh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News