Sehari sebelumnya, dia memang telah membuat ancaman akan melakukan hal ini. Informasi yang dia rilis berisi nama, pekerjaan, alamat email dan nomor ponsel. Saat ini, masih belum diketahui apa alasan sang hacker merilis informasi ini.
Selain itu, sang hacker juga mengaku bahwa dia memiliki ratusan GB data dari komputer DOJ (Department of Justice), meski saat ini, informasi yang dia klaim dia miliki belum dirilis. Sebagian besar pekerja yang datanya bocor adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan dalam bidang non-publik, termasuk 1.000 orang pekerja FBI yang memiliki tugas untuk melakukan analisa data intelijen.
Seorang juru bicara DOJ berkata pada Motherboard bahwa mereka sedang menyelidiki sebuah akses tanpa izin yang dieksekusi dari salah satu komponen dari sistem mereka yang mengandung informasi tentang kontak pekerja.
Berdasarkan percakapan Motherboard dengan sang hacker, dia berhasil mendapatkan akses dengan cara meretas akun email DOJ pada minggu lalu. Dia lalu menggunakan akun tersebut untuk mengakses portal DOJ setelah dia berhasil menipu seorang wakil DOJ untuk memberikan kode padanya.
Sang Hacker lalu mnggunakan kode tersebut untuk mengakses mesin virtual online. Dari mesin tersebut, dia dapat mengakses database dari DHS dan FBI yang ada di jaringan intranet DOJ.
Sang hacker mengklaim bahwa dia tidak terikat pada sebuah grup, tetapi ada kemungkinan dia memiliki hubungan dengan jaringan Crackas With Attitude (CWA).
Para hacker yang mendukung serangan ini menggunakan tagar #FreePalestine dalam beberapa kicauan yang mereka buat, sama seperti yang dilakukan oleh CWA.
Grup hacker tersebut menyebutkan bahwa tagar yang mereka gunakan merupakan cara mereka untuk menunjukkan dukungan mereka pada Palestina. Tujuan utama mereka melakukan serangan ini memang untuk membantu Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News