Ilustrasi.
Ilustrasi.

Prediksi Pasar Smartphone 2026: Pengiriman Dipangkas, Harga HP Murah Bakal Naik

Cahyandaru Kuncorojati • 17 Desember 2025 16:54
Jakarta: Lembaga riset Counterpoint Research merevisi proyeksi pengiriman smartphone global pada 2026 seiring melonjaknya biaya komponen, khususnya memori, yang mendorong kenaikan biaya produksi dan berpotensi menekan permintaan pasar.
 
Dalam laporan terbaru Global Smartphone Shipment Tracker and Forecast edisi Desember 2025, pengiriman smartphone global pada 2026 diperkirakan turun 2,1%.
 
Penurunan ini setara dengan revisi turun sebesar 2,6 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya. Counterpoint mencatat produsen smartphone asal China seperti Honor, Oppo, dan vivo menjadi pihak yang mengalami koreksi proyeksi paling besar.

Tekanan biaya paling signifikan diklaim bakal terjadi di segmen smartphone harga rendah, khususnya perangkat dengan banderol di bawah USD200 atau sekitar Rp3 jutaan. Counterpoint mencatat biaya bill of materials (BoM) pada segmen ini telah meningkat sekitar 20% hingga 30% sejak awal tahun.
 
Sebagai catatan, bill of materials (BoM) adalah total biaya seluruh komponen utama yang digunakan untuk memproduksi sebuah smartphone. Biaya ini mencakup memori, prosesor, layar, modul kamera, hingga berbagai komponen pendukung lainnya. Kenaikan BoM secara langsung berdampak pada meningkatnya biaya produksi yang harus ditanggung produsen.
 
“Apa yang kami lihat saat ini adalah segmen bawah pasar (di bawah USD200) menjadi yang paling terdampak, dengan biaya BoM meningkat 20% hingga 30% sejak awal tahun,” ujar Direktur Riset Counterpoint Research, MS Hwang.
 
Menurut Hwang, tekanan biaya juga mulai terasa di segmen menengah dan atas. “Segmen menengah dan kelas atas mengalami kenaikan harga di kisaran 10% hingga 15%,” tambahnya. Jika dikonversi, segmen ini mencakup smartphone dengan harga mulai dari sekitar Rp4 jutaan hingga di atas Rp10 jutaan.
 

Harga Memori Diperkirakan Terus Naik hingga Pertengahan 2026

Counterpoint menilai tekanan biaya belum akan mereda dalam waktu dekat. Dalam laporan Memory Solutions for GenAI, harga memori diperkirakan masih berpotensi meningkat hingga 40% sampai kuartal II 2026.
 
Lonjakan tersebut diproyeksikan mendorong kenaikan biaya BoM tambahan sekitar 8% hingga lebih dari 15% dari level saat ini. Dampaknya akan terasa di seluruh rentang harga smartphone, termasuk segmen entry-level yang paling sensitif terhadap kenaikan harga.
 
Kondisi ini memunculkan dilema bagi produsen smartphone, terutama di kelas harga terjangkau. Counterpoint menilai kenaikan harga yang terlalu agresif tidak akan berkelanjutan di segmen bawah.
 
“Di rentang harga bawah, kenaikan harga smartphone yang terlalu tinggi tidak berkelanjutan,” kata Analis Senior Counterpoint Research, Yang Wang. “Dan jika biaya tersebut tidak bisa diteruskan ke konsumen, produsen akan mulai memangkas portofolio produk mereka dan inilah yang mulai kami lihat, dengan volume model low-end yang berkurang secara signifikan,” sambungnya.
 
Akibatnya, sejumlah produsen mulai mengurangi jumlah model smartphone murah dan menekan volume produksi perangkat di kisaran harga Rp2–3 jutaan.
 

Harga Jual Rata-Rata Smartphone Ikut Naik

Sebagai dampak lanjutan dari kenaikan biaya dan penyesuaian portofolio produk, Counterpoint juga merevisi naik proyeksi harga jual rata-rata smartphone atau average selling price (ASP).
 
ASP smartphone global pada 2026 kini diperkirakan naik 6,9% secara tahunan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya pada September 2025 yang berada di level 3,9%. Kenaikan ASP dipicu oleh penerusan biaya ke konsumen serta pergeseran portofolio produk ke model dengan spesifikasi dan harga lebih tinggi.
 
Dalam kondisi tekanan rantai pasok dan lonjakan biaya komponen, Counterpoint menilai hanya produsen dengan skala besar dan portofolio produk luas yang memiliki ruang manuver lebih baik.
 
“Apple dan Samsung berada pada posisi paling siap untuk menghadapi beberapa kuartal ke depan,” ujar Yang Wang. “Namun, kondisi ini akan menjadi tantangan besar bagi produsen lain yang tidak memiliki fleksibilitas cukup untuk menyeimbangkan pangsa pasar dan margin keuntungan,” tambahnya.
 
Counterpoint menilai tekanan ini akan semakin terasa bagi produsen Tiongkok yang selama ini mengandalkan volume besar di segmen harga terjangkau.
 

Spesifikasi Diturunkan Jadi Strategi

Untuk meredam dampak lonjakan biaya, produsen smartphone mulai menerapkan berbagai strategi mitigasi. Analis Senior Counterpoint Research, Shenghao Bai, menyebutkan bahwa penyesuaian spesifikasi kini semakin sering dilakukan.
 
“Pada beberapa model, kami melihat penurunan spesifikasi komponen seperti modul kamera dan sistem periskop, layar, komponen audio, serta tentu saja konfigurasi memori,” ujar Bai.
 
Selain itu, produsen juga mulai memanfaatkan kembali komponen lama, menyederhanakan lini produk, serta mendorong konsumen ke varian ‘Pro’ dengan harga dan spesifikasi lebih tinggi. Strategi desain baru juga digunakan untuk merangsang siklus upgrade di tengah pasar yang semakin selektif.
 
Dengan tekanan biaya yang diperkirakan berlanjut hingga pertengahan 2026, Counterpoint menilai pasar smartphone global akan menghadapi tantangan struktural, terutama di segmen harga rendah yang selama ini menjadi penopang utama volume penjualan.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan