"Pelanggan memang tidak tumbuh banyak. Walau pelanggan tidak meningkat, ARPU naik 30 persen, mendongkrak pendapatan, tumbuh 20 persen dari 2015 ke 2016," ujar Merza saat ditemui di kantor Smartfren Sabang, Rabu (14/6/2017). ARPU merupakan singkatan dari Average Revenue per User atau rata-rata pendapatan per pelanggan.
Menurutnya, pertumbuhan ini cukup tinggi. Dia bahkan mengklaim, Smartfren adalah satu-satunya operator telekomunikasi yang pendapatannya tumbuh dalam lebih dari 10 persen. Kabar buruknya, EBITDA (Earning before interest, tax, depreciation and amortization) pada 2016 menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015.
"Ini terutama disebabkan karena peningkatan biaya untuk menggelar jaringan 4G. Sampai dengan 2016, kita masih menjalankan 2 jaringan, baik CDMA maupun 4G. Ini dirasakan sangat membebani kita," ujarnya.
Merza menjelaskan, alasan pelanggan Smartfren tidak banyak tumbuh adalah karena belakangan, mereka lebih fokus untuk membujuk pelanggan CDMA untuk berpindah dan mulai menggunakan 4G.
Smartfren pertama kali meluncurkan jaringan 4G pada bulan Agustus 2015. Ketika itu, Smartfren langsung menyediakan jaringan internet cepat ini di 22 kota. Sekarang, hampir 2 tahun setelah peluncuran jaringan 4G pertama, Smartfren telah menyediakan jaringan 4G di 200 kota, disokong oleh 11 ribu BTS.
Selain mengembangkan jaringan, Smartfren juga menyediakan berbagai perangkat untuk memudahkan masyarakat mengakses jaringan 4G LTE miliknya. Selain smartphone lini Andromax, yang menyasar kelas menengah-bawah, Smartfren juga menyediakan MiFi. "Pada 2017, Smartfren menguasai pasar MiFi Indonesia," kata Merza.
Smartfren juga menggandeng berbagai merek global, sehingga layanan 4G Smartfren bisa digunakan tidak hanya pada perangkat Andromax. Salah satu kerja sama Smartfren yang paling menarik perhatian adalah kerja samanya dengan Apple.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News