Semakin banyak ponsel pintar yang mengunggulkan fitur selfie sekarang ini.
Semakin banyak ponsel pintar yang mengunggulkan fitur selfie sekarang ini.

OPPO F3 Plus

Mengingat Selfie Melupakan Oppo, Mungkinkah?

Insaf Albert Tarigan, Ellavie Ichlasa Amalia • 24 Maret 2017 13:36
medcom.id, Jakarta: Susah bagi saya untuk tak mengucapkan "Aqua" ketika haus dan hendak membeli air mineral di warung pinggir jalan. Kalau hendak membeli lampin, saya menuliskan "Pampers" di daftar belanja, padahal saya akan membeli "MamyPoko".
 
Dan, sebentar lagi, mungkin akan susah juga mengucapkan Selfie tanpa mengingat Oppo, yang, dalam beberapa tahun belakangan, gencar mengingatkan bahwa mereka adalah "Selfie Expert". Mereka datang dengan segenap pasukan yang susah ditolak: Raisa, Isyana, Chelsea Islan, Laudya Chintya Bella, Robby Purba, Reza Rahadian, Deddy Corbuzier, Chelsea Olivia, Ayu Tingting, Ayu Gani. Bunuh aja gue!
 
Masih ada pula legiun berisi puluhan media daring, televisi, Key Opinion Leader alias orang beken, dan lain-lain. Saya mungkin tak sendiri. Ada ribuan orang di luar sana yang mengalami hal yang sama. 

"77 persen responden selalu mengaitkan Oppo dengan Selfie Expert," kata Alinna Wenxin, Brand Manager Oppo Indonesia kemarin, Kamis (23/3/2017), ketika merilis F3 Plus di Jakarta, dalam Bahasa Indonesia yang agak canggung.   
 
Oppo menggandeng banyak sekali media untuk menyiarkan dan melaporkan acara peluncuran tersebut secara langsung. Mereka melakukan apa yang belum pernah dilakukan vendor lain sebelumnya di Indonesia.
 
Mengingat Selfie Melupakan Oppo, Mungkinkah?
 
Hasilnya, dalam 24 jam saja, setidaknya terdapat 60 berita di seluruh media daring ternama, dan 7 berita di media cetak skala nasional dan daerah.
Mengingat Selfie Melupakan Oppo, Mungkinkah?
Semuanya bernada positif, termasuk jawaban Oppo terhadap sindiran Mobile Business Group 4P Manager Lenovo Indonesia. Anvid Erdian, yang menyatakan "Smartphone Tak Sekadar Buat Selfie". 
Mengingat Selfie Melupakan Oppo, Mungkinkah?
Media, baik mitra dagang Oppo atau bukan, tampaknya sangat antusias menyambut kehadiran F3 Plus. Hal ini terlihat dari banyaknya kutipan para petinggi Oppo yang dimuat di media. Orang yang ucapannya paling sering dikutip --sebanyak 34 kali-- adalah Suwanto, Public Communication Oppo Indonesia. Selanjutnya adalah Sky Li, Vice President and Managing Director International Business Oppo, dan Aryo Meidianto.
Mengingat Selfie Melupakan Oppo, Mungkinkah?
 
Kiprah Oppo di Indonesia cukup fenomenal. Data IDC menunjukkan, Oppo menguasai 16,7 persen pasar Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2016, persis di bawah Samsung. Di regional Asia Pasifik, Oppo meraih 12 persen pada tahun 2016, mengalahkan Samsung.  
 
Di negara kita, Oppo membuat kompetitornya hanya bisa geleng-geleng sembari berucap: "Gila" atau "Duitnya enggak ada serinya" atau sekadar menyindir.
 
Oppo sangat agresif, baik di darat maupun udara. Rantai sales dan marketing mereka tertata rapi seperti struktur komando militer dari pusat hingga ke desa. Pola insentifnya menarik. Agitasinya berkelanjutan di seluruh media.
 
Cobalah sesekali mampir ke gerai ponsel di mal atau pusat perbelanjaan di dekat Anda. Kemungkinan besar produk Oppo akan berada di paling depan dan sales mereka akan paling semangat mendekati Anda. Bagaimana dengan strategi di udara? Tonton saja televisi Indonesia. Mereka juga serius menggarap komunitas anak-anak muda dari kampus ke kampus.
 
"Strategi kami simpel dan fokus. Kami selalu mencari tahu kebutuhan masyarakat dan menggabungkannya dengan teknologi tercanggih kita," kata Alinna menjelaskan alasan perusahaannya merilis Oppo F3 Plus.

Pantaskah Oppo disindir "Tak Sekadar Selfie"?

Dalam dokumen yang diserahkan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika (SEC) pada 2 Februari 2017, Snap Inc menyebut dirinya sebagai perusahaan kamera. 
 
Bagi kita yang awam, ini sebenarnya aneh. Sebab, perusahaan kamera yang kita tahu adalah Canon, Nikon, Sony, Olympus, Fuji, Leica dan lain-lain. Adapun Snap, perusahaan yang membuat aplikasi Snapchat, biasanya disebut sebagai pengembang aplikasi.
 
Snap, tentu saja, tidak sedang bercanda. Visi mereka jauh. "Kami percaya bahwa menciptakan kembali kamera merupakan kesempatan terbesar kami untuk meningkatkan cara orang hidup dan berkomunikasi. Produk kami memberdayakan orang untuk mengekspresikan diri mereka, bahagia, belajar tentang dunia, dan bersenang-senang bersama."
 
"Sebagaimana kedipan kursor menjadi titik awal untuk sebagian besar produk di komputer desktop, kami percaya bahwa layar kamera akan menjadi titik awal untuk sebagian besar produk di ponsel pintar," demikian tulis Snap.
 
Pernyataan itu sejalan dengan produk utama Snap, yaitu Snapchat. Aplikasi ini menjadikan kamera depan dan belakang ponsel sebagai titik awal dari segala fiturnya. Snapchat menjadi salah satu produk yang membuat kamera depan ponsel jauh lebih penting dibanding sebelumnya. 
 
Fungsi kamera ponsel memang bervolusi menjadi alat multifungsi: sensor QR Code, ujung tombak augmented reality atau sekadar memotret diri di depan kaca kamar mandi dengan tagar #OOTD.
 
Kita akan kian mengandalkan kamera ponsel untuk banyak hal selain memotret atau merekam objek. Misalnya, kita mengarahkan kamera ke benda tertentu, lalu akan muncul informasi seputar benda tersebut.
 
Pada saat yang sama, tren selfie --juga video blogging-- membuat kebutuhan akan kamera depan ponsel yang mumpuni terus bertambah. Tren selfie sekaligus mengubah apa yang dulunya penting bagi mata kamera ponsel adalah tempat yang aku kunjungi menjadi fakta bahwa aku berada di tempat tersebut. 
 
Intinya: "Harus ada muka gue di setiap foto tempat yang gue potret." Sebagian orang menyebut, kita hidup di era "me generation".
 
Kritik umum terhadap selfie ialah bahwa ia sekadar ekspresi narsistik semata, walau, belakangan, narsistik sedikit mengalami pergeseran makna menjadi lebih positif. Artinya, orang tak lagi risih mengaku narsis saat memamerkan foto selfie mereka ke media sosial. Lumrah.
 
Kembali ke pertanyaan di atas, Oppo sebenarnya sudah tepat menancapkan citra sebagai "Selfie Expert". Trennya memang bergerak ke arah sana. Produk seperti F3 Plus bukan sekadar penyalur sifat narsistik, tapi akan lebih besar, bahkan dibanding harapan Oppo sendiri pada F3 Plus yang hanya "selfie" dan "group selfie". Dual camera selfie Oppo F3 Plus akan berguna juga bagi banyak aplikasi lain, termasuk penunjang kegiatan VBlogging.

Tren ponsel pintar selfie tak berawal dari Oppo

Di mana ada gula, di situ ada semut. Potensi tren selfie sudah dilihat banyak produsen ponsel sejak beberapa tahun lalu, dimulai oleh Sony di Indonesia. Sayang, mereka kini seperti pepatah "Hidup Segan Mati Tak Mau". Tren ini belakangan disusul Oppo, Vivo dan ASUS.
 
"Oppo punya insight tersendiri," ujar Suwanto, Public Communication Oppo Indonesia saat ditanya mengapa akhirnya Oppo memutuskan untuk mengunggulkan dua kamera depan.
 
Dia menjelaskan, saat ini, tren selfie terus meningkat. "Kenapa? Karena kebanyakan orang menggunakan media sosial. Smartphone menjadi bagian dari gaya hidup, enggak sekadar untuk foto atau chatting."
 
Oppo juga bukan manufaktur ponsel pertama yang mengunggulkan dua kamera depan. Sebelum ini, Vivo telah menyediakan dua kamera depan pada V5 Plus. Harganya pun lebih terjangkau, yaitu Rp5.499.000. Meskipun mengunggulkan fitur yang sama, "barang dagangan" Oppo dan Vivo berbeda.
 
Vivo membanggakan kemampuan untuk mengambil selfie dengan efek bokeh. Sementara Oppo mengandalkan kamera depan wide-angle yang dapat mengambil foto dengan sudut yang lebih luas. 
 
Di kutub lain ada Lenovo yang sedang giat mempopulerkan tren ponsel modular. Apa pun pilihan para vendor ini, tentu saja, sah-sah saja, dan semuanya saling melengkapi kebutuhan konsumen yang beragam.
 
Sebab, hidup memang pilihan, seperti mengenang mantan diam-diam di dalam hati atau mengungkapkannya kepada khalayak. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan