Ilustrasi: Fortinet
Ilustrasi: Fortinet

Ini Alasan Pertahanan Siber 2026 Harus Berjalan pada Kecepatan Mesin

Mohamad Mamduh • 15 Desember 2025 15:06
Jakarta: Dalam dunia ketika serangan siber terjadi dalam hitungan milidetik, refleks manusia—secepat apa pun itu—tidak lagi memadai. Laporan terbaru Fortinet, Cyberthreat Predictions for 2026, membawa pesan mendesak bagi para pemimpin keamanan global: respons manual telah usang, dan satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan mengadopsi pertahanan yang beroperasi pada kecepatan mesin.
 
Laporan tersebut menyoroti realitas baru yang menakutkan: Kecepatan kini mendefinisikan risiko. Penyerang telah mengindustrialisasi operasi mereka menggunakan otomatisasi dan AI untuk meningkatkan skala serangan. Sebagai contoh nyata, sebuah beban kerja cloud yang terkompromi dapat memicu skrip eskalasi hak akses berbasis AI hanya dalam hitungan detik.
 
Di hadapan ancaman secepat kilat ini, tim keamanan yang masih menggunakan program keamanan tradisional akan tertinggal. FortiGuard Labs menegaskan bahwa program keamanan yang dirancang untuk respons linier tidak dapat lagi mengimbangi ekosistem serangan yang dikarakteristikkan oleh otomatisasi paralel dan eksploitasi cepat.

Oleh karena itu, organisasi didorong untuk meninggalkan konfigurasi statis atau penilaian berkala. Sebaliknya, mereka harus beroperasi sebagai sistem adaptif yang terus belajar, menyesuaikan diri, dan merespons kondisi real-time.
 
Kesiapan keamanan di tahun 2026 tidak lagi diukur dari kecanggihan alat semata, melainkan dari kemampuan bertindak pada kecepatan level AI untuk menerjemahkan intelijen ancaman menjadi tindakan pembendungan (containment) sebelum gangguan terjadi.
 
Pertanyaan besarnya adalah: di mana posisi manusia jika mesin mengambil alih pertahanan? Laporan tersebut mengklarifikasi bahwa AI dan otomatisasi tidak akan menggantikan pembela manusia, tetapi akan mendefinisikan ulang peran mereka secara drastis.
 
Analis keamanan tidak akan lagi sibuk memantau layar untuk merespons setiap peringatan secara manual. Sebaliknya, mereka akan beralih peran menjadi arsitek sistem dan pengambil keputusan. Tugas manusia adalah memandu operasi berkecepatan mesin ini dengan memberikan konteks, intuisi, dan pengawasan yang tidak dimiliki oleh algoritma.
 
Kesimpulannya, persaingan antara penyerang dan pembela kini telah berubah menjadi perlombaan antar sistem, bukan lagi antar individu. Tantangan utama di tahun 2026 adalah apakah organisasi mampu menyatukan penilaian manusia dan respons instan mesin dalam satu kerangka kerja yang tangguh.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan