Ilustrasi
Ilustrasi

Asia-Pasifik Hadapi Risiko Tertinggi Global Akibat Krisis Tenaga Ahli Siber

Mohamad Mamduh • 08 Desember 2025 14:21
Jakarta: Kawasan Asia-Pasifik (APAC), termasuk Indonesia, kini tercatat sebagai wilayah yang paling rentan terhadap ancaman digital akibat krisis kekurangan tenaga kerja profesional.
 
Temuan ini diungkap dalam 2025 Cybersecurity Skills Gap Global Research Report yang dirilis oleh Fortinet, yang menyoroti bahwa kesenjangan keterampilan di wilayah ini memiliki dampak yang lebih kritis dibandingkan Amerika Utara atau Eropa.
 
Laporan tersebut menegaskan bahwa Asia-Pasifik adalah wilayah yang paling merasakan dampak negatif dari kekurangan talenta ini. Sebanyak 76% organisasi di APAC menyatakan bahwa kekurangan keterampilan siber menciptakan risiko tambahan yang signifikan bagi operasional mereka. Angka ini merupakan yang tertinggi secara global, jauh melampaui rata-rata wilayah lain seperti Amerika Utara (64%) dan Eropa (62%).

Salah satu sorotan utama dalam laporan ini adalah tingginya antusiasme wilayah APAC terhadap teknologi Kecerdasan Buatan (AI). Organisasi di Asia-Pasifik tercatat sebagai yang paling progresif dalam mengadopsi teknologi pertahanan siber, dengan 69% organisasi menggunakan alat keamanan berbasis AI—angka adopsi tertinggi di dunia.
 
Namun, tingginya adopsi teknologi ini menciptakan tantangan baru. Wilayah ini juga mencatat tingkat kekhawatiran yang tinggi terkait kompetensi SDM dalam mengelola teknologi tersebut.
 
Sekitar 53% pengambil keputusan di APAC menyatakan kekhawatiran mendalam mengenai kurangnya keahlian AI di dalam tim mereka. Hal ini menciptakan situasi paradoks: perusahaan memiliki alat pertahanan tercanggih, namun kekurangan personel yang mampu mengoperasikannya secara maksimal.
 
Secara spesifik, laporan Fortinet menemukan bahwa perusahaan di Asia-Pasifik menghadapi kesulitan terbesar dalam menemukan kandidat dengan pengalaman teknis mendalam, khususnya di bidang rekayasa jaringan (network engineering) dan keamanan.
 
Menanggapi krisis ini, tingkat eksekutif di kawasan ini mulai mengambil langkah proaktif. Dewan direksi di Asia-Pasifik tercatat paling agresif dibandingkan wilayah lain dalam mendorong edukasi. Sebanyak 67% organisasi di APAC merencanakan atau telah mengimplementasikan pelatihan dan sertifikasi wajib bagi staf IT dan keamanan mereka.
 
Laporan ini menjadi sinyal peringatan keras bagi perusahaan di Indonesia dan kawasan regional. Mengandalkan teknologi canggih saja tidak lagi cukup; investasi pada pengembangan keterampilan manusia dan sertifikasi profesional kini menjadi benteng terakhir yang krusial untuk menjaga ketahanan siber organisasi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan