Ray Frederick, CTO Traveloka, menuturkan bahwa sejak awal pihaknya telah menyadari bahwa pemesanan tiket pesawat kemungkinan hanya akan digunakan setahun sekali atau maksimal beberapa kali oleh pengguna. Ia pun mengerti bahwa aspek gaya hidup menjadi ‘jantung’ bagi aplikasi Traveloka. Hal inilah yang mendorong Traveloka untuk menjadi super-app.
Traveloka merupakan salah satu startup Tanah Air yang didirikan di atas infrastruktur cloud AWS. Ray menjelaskan bahwa keputusan Traveloka untuk menggunakan infrastruktur cloud didasari oleh visi jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan sejak pertama berdiri.
“Produk, fitur, dan budaya AWS sangat membantu kami untuk mencapai sebuah struktur di mana kami bisa bereksperimen dengan cepat dan juga mendapatkan feedback dengan cepat. Sehingga, kami dapat melihat layanan maupun fitur yang berhasil dan layak untuk dilanjutkan. Di sisi lain, hasil eksperimentasi yang tidak lulus uji coba juga dapat dimatikan tanpa risiko serta kerugian yang berarti,” jelas Ray.
Untuk perusahaan seperti Traveloka, kelincahan menjadi suatu faktor penting untuk dimiliki. Traveloka harus bisa cepat merespon kebutuhan penggunanya yang terus-menerus berubah, baik karena demografi, tren, maupun keadaan dunia.
Biaya juga menjadi pertimbangan. Seiring transformasi Traveloka menjadi lifestyle super-app, biaya yang dikeluarkan pun harus dikelola dengan proporsional agar pertumbuhan perusahaan tetap terencana dengan baik.
Untuk layanan finansial, Traveloka menggunakan solusi AWS untuk merancang sistem KYC (know your customer) yang tersentralisasi dalam memastikan bahwa produk yang diluncurkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Gunawan Susanto, Country Manager, Indonesia, AWS sepakat bahwa reinvention atau perubahan secara terus-menerus dan adaptasi tanpa kehilangan jati diri merupakan kunci yang sangat penting bagi organisasi manapun untuk bertahan dan terus bertumbuh.
Di luar skalabilitas dan penghematan biaya, salah satu manfaat terbesar yang ditawarkan cloud adalah memungkinkan terjadinya reinvention tersebut.
Perusahaan dapat bereksperimen menggunakan layanan-layanan seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan pembelajaran mesin (machine learning/ML) tanpa harus mendesain algoritma baru dari nol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News