Dalam sebuah pernyataan resmi, GoPro menyebutkan, pemecatan ini membuat perusahaan harus mengeluarkan USD10 juta (Rp133 miliar), tapi akan dapat mengurangi USD200 juta (Rp2,7 triliun) ongkos operasional tahun ini.
Menurut Recode, GoPro memperkirakan, penjualan pada kuartal pertama akan mencapai USD210 juta (Rp2,8 triliun), lebih tinggi dari perkiraan awal. Saham GroPro naik setelah perusahaan tersebut mengumumkan hal ini.
Pada dasarnya, GoPro menjual kamera action. Namun, belum lama ini, mereka juga mulai masuk ke industri drone. Drone pertama GoPro, Karma, telah kembali ke pasar setelah ditarik kembali karena masalah baterai.
Ketika Karma pertama kali diluncurkan, sebagian pelanggan protes akan masalah baterai yang menyebabkan drone jatuh ketika diterbangkan. Inilah yang membuat GoPro menarik kembali drone buatannya.
Bulan November lalu, GoPro juga mengumumkan bahwa mereka akan menutup divisi hiburan mereka pada 2016. Selain itu, mereka menyebutkan bahwa Tony Bates, yang telah menjadi President GoPro sejak Juni 2014, akan mundur dari jabatannya.
Saat ini, drone Karma dari GoPro telah kembali tersedia di pasar. Namun, masih belum diketahui apakah penjualan drone tersebut akan cukup untuk memperbaiki keadaan perusahaan yang kurang baik. Meskipun begitu, CEO GoPro, Nick Woodman belum berputus asa.
"Akan ada produk hardware dan software baru dari GoPro pada 2017," ujar Woodman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News