Perusahaan memperkenalkan sistem pendinginan cair komprehensif. Solusi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan komputasi intensif seperti GPU, sekaligus mempromosikan keberlanjutan dengan mengurangi konsumsi air secara drastis.
Melalui sebuah miniatur yang dipamerkan, Schneider Electric menceritakan alur kerja sistem pendingin ini. Mereka menyoroti pergeseran signifikan dalam industri pusat data. Jika sebelumnya sekitar 90% pusat data bergantung pada pendinginan berbasis udara, kini tren itu berbalik. "Sekarang, itu berubah secara berbeda, karena air sangat penting," ungkap seorang perwakilan Schneider Electric.
Masalah kelangkaan air ini menjadi perhatian utama, terutama di kawasan seperti Johor, Malaysia, yang memiliki banyak lahan untuk pusat data namun kekurangan pasokan air. Tingginya konsumsi air bahkan memaksa beberapa operator pusat data membangun kolam kondensasi sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Inilah pendorong adopsi sistem pendinginan kering (dry cooling), yang jauh lebih hemat air.
Konsep yang ditawarkan oleh Schneider Electric adalah cairan pendingin khusus yang menyokong Coolant Distribution Unit (CDU). Kemudian unit CDU ini akan mendinginkan server secara langsung. Panas dari server diserap oleh cairan dan akhirnya dibuang ke atmosfer. Untuk menjaga kebersihan dan integritas sistem, seluruh sirkulasi menggunakan pipa stainless steel.
Keunikan solusi ini terletak pada jenis cairan pendingin yang digunakan, yaitu PG-25, yang merupakan campuran cairan khusus dengan 25% air. Pemilihan cairan ini bukan tanpa alasan. Dibandingkan air biasa, PG-25 menawarkan beberapa keunggulan krusial.
Pertama, menghindari risiko korosi di dalam sistem. Kedua, formulasi ini juga mencegah pertumbuhan bakteri, sehingga aliran pendingin tetap konsisten dan bersih. Lalu ketiga, jika terjadi kebocoran, sistem dapat dengan mudah mendeteksinya melalui penurunan tekanan.
Menyadari perbedaan iklim di setiap negara, Schneider Electric telah merancang sistemnya agar dapat diadaptasi, termasuk untuk pasar Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Untuk wilayah ini, direkomendasikan suhu air pendingin berada di rentang 20°C hingga 30°C.
Sebagai contoh, suhu air yang masuk bisa berada di 24°C dan kembali pada suhu 34°C. Pengaturan suhu ini penting agar tidak terlalu tinggi, karena sistem pendingin utama juga harus dapat mendukung komponen lain di pusat data yang masih menggunakan modul kipas.
Dengan solusi ini, Schneider Electric tidak hanya menawarkan peningkatan efisiensi pendinginan untuk perangkat berdaya tinggi, tetapi juga memberikan jawaban konkret terhadap tantangan keberlanjutan, membuktikan bahwa performa tinggi dan tanggung jawab lingkungan dapat berjalan seiringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id