Perjalanan MKH 416 dimulai pada era 1970-an, ketika seorang insinyur muda berbakat, Manfred Hibbing, mendapat tugas untuk mengembangkan mikrofon shotgun berdasarkan model pendahulunya, MKH 415 T. Pada masa itu, AB power merupakan standar utama, terutama karena ketahanannya terhadap gangguan tegangan ripple dalam penyiaran.
Namun, Hibbing mengambil langkah berani dengan menerapkan phantom power (P48) dalam desainnya, yang kemudian menjadi cikal bakal mikrofon shotgun Sennheiser yang revolusioner. Langkah ini tidak hanya mengoptimalkan kualitas suara, tetapi juga membuka jalan bagi penerapan teknologi dalam lingkungan studio yang semakin modern dan menuntut presisi tinggi.
Salah satu kunci keberhasilan MKH 416 terletak pada penggunaan prinsip kondensor RF. Meskipun istilah RF (Radio Frequency) sering dikaitkan dengan teknologi wireless, dalam konteks MKH 416, RF merujuk pada pemanfaatan tegangan frekuensi tinggi dalam kapsul mikrofon dan rangkaian elektronik internalnya. Desain inovatif ini memberikan keunggulan signifikan, terutama dalam hal ketahanan terhadap kelembaban.
Dengan kemampuan bekerja dalam kondisi iklim yang tak menentu—mulai dari panas terik gurun hingga dinginnya Kutub Utara dan lembabnya hutan hujan—MKH 416 telah terbukti menjadi sosok andalan dalam produksi audio di lokasi-lokasi ekstrim. Teknologi RF ini memastikan mikrofon dapat merekam suara dengan jernih dan konsisten, tanpa terganggu oleh perubahan cuaca atau kelembaban yang tinggi.
Keunggulan lain dari MKH 416 adalah sistem directivity-nya yang didapat dari desain interference tube di bagian depannya. Tabung interferensi ini memiliki celah-celah tersusun rapi yang dilapisi kain dengan impedance tertentu untuk mencegah refleksi suara dan fenomena standing wave.
Ketika suara datang dari depan, tabung ini tidak mengubah karakteristik suara, sehingga memastikan kualitas audio tetap alami dan bersih. Ketika suara datang dari samping, perbedaan panjang jalur yang dilewati gelombang suara menyebabkan terjadinya perbedaan waktu tempuh.
Akibatnya, beberapa komponen dari suara tersebut saling membatalkan, terutama pada frekuensi tinggi yang kritis bagi kejelasan speech formant. Hasilnya, hanya suara yang diarahkan langsung ke mikrofon yang ditangkap dengan sempurna—fitur vital bagi para profesional yang mengandalkan kejelasan dalam setiap rekaman.
Tidak hanya teknologi dan desain yang membuat MKH 416 begitu istimewa, namun juga cerita kreatif di balik pengembangannya. Pada tahun 1970, ketika MKH 415 baru saja diluncurkan, para pelanggan mengeluhkan efek shotgun yang terlalu dominan sehingga menyulitkan mereka untuk terus mengarahkan mikrofon agar selalu menangkap suara optimal pembicara.
Menanggapi kritik tersebut, Dr. Griese, Technical Manager Sennheiser, dengan cepat mengambil inisiatif. Dalam sebuah aksi yang tak terlupakan, ia menggunakan gergaji besi untuk memotong sebagian interference tube mikrofon tersebut.
Hasil modifikasi itu langsung menunjukkan peningkatan yang signifikan, memberikan keseimbangan antara sensitivitas dan directivity yang lebih natural. Cerita ini menjadi bukti nyata dari dedikasi Sennheiser dalam mendengarkan dan menanggapi umpan balik pelanggan, serta komitmen mereka untuk selalu mencari solusi inovatif demi mencapai kualitas terbaik.
Seiring berjalannya waktu, MKH 416 telah mengalami hanya dua kali revisi besar—pertama untuk menyesuaikan dengan mounting SMD dan kedua untuk mengintegrasikan teknologi transduser modern. Meski begitu, esensi dari inovasi yang diciptakan oleh Manfred Hibbing tetap dipertahankan, sehingga mikrofon ini terus menunjukkan performa yang konsisten dan dapat diandalkan.
Product Manager Sennheiser, Kai Lange, mengungkapkan rasa bangganya terhadap MKH 416. “Mikrofon ini merupakan simbol dari kerja keras dan inovasi yang konsisten. Meskipun telah lahir banyak model baru, MKH 416 tetap menjadi pilihan favorit di lapangan dan studio, membuktikan bahwa kualitas sejati tidak pernah usang.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News