"Banyak industri bergerak bersamaan untuk melakukan digitalisasi, mulai dari perusahaan tekstil sampai perusahaan mobil. Mereka semua memerlukan teknisi. Sebelum ini, mereka mungkin bisa menggantungkan diri pada perusahaan teknologi seperti SAP, sekarang, semua perusahaan memiliki tim pengembangan software sendiri," kata Senior Vice President SAP, Clas Neumann saat ditemui di Ritz-Carlton, Pacific Place.
"Ada permintaan tinggi akan teknisi, tapi tidak ada suplai yang cukup," kata Neumann. "Di Indonesia, tingkat permintaan akan teknisi juga melebihi dari suplai, dari lulusan yang ada. Masalah ini juga terjadi di beberapa negara lain. Salah satu penyebab utama hal ini adalah kita kesulitan untuk melatih seseorang dengan kemampuan yang diperlukan dalam waktu singkat."
Neumann menyebutkan, masalah kekurangan tenaga ahli ini tidak hanya terjadi di bidang seperti kecerdasan buatan dan machine learning, tapi juga tenaga kerja buruh di pabrik.
"Orang-orang yang bekerja di pabrik harus meningkatkan kemampuan mereka karena kini mereka memerlukan keahlian yang berbeda. Jika sebelum ini mereka cukup tahu tentang cara merakit beberapa komponen, tugas itu kini telah tergantikan oleh robot," ujar Neumann.
Untungnya, teknologi sekarang sudah jauh lebih mudah untuk digunakan. "Robot industri 10 tahun lalu, Anda perlu teknisi untuk mengoperasikannya. Sekarang, semua orang bisa tahu cara menggunakan robot. Teknologi membuat teknologi menjadi mudah untuk digunakan. Ini juga merupakan tujuan dari software kami: kemudahan penggunaan. Agar semakin banyak orang yang bisa menggunakan software SAP," kata Neumann.

Lalu, bagaimana cara mengatasi hal ini?
Neumann merasa, masalah kurangnya tenaga ahli di bidang teknologi tidak bisa diselesaikan hanya dengan menambah jumlah universitas atau besar kelas terkait teknologi di universitas. "Karena universitas juga memerlukan dosen dan untuk melatih mereka diperlukan waktu," katanya.
Di beberapa negara, seperti Jerman, mereka mengadopsi sistem yang disebut "vocational training program", yang memaksa pelajar untuk menghabiskan setengah waktunya belajar di kampus dan setengahnya lagi mempelajari cara kerja perusahaan. Dengan begitu, para pelajar akan bisa mempelajari skill yang memang akan mereka perlukan di dunia kerja.
SAP sendiri telah membuka program online yang disebut SAP University. Adanya program ini diharapkan akan bisa membuka kesempatan agar semua orang bisa mempelajari tentang software SAP. Saat ini, program tersebut tersedia dalam tiga bahasa yaitu Inggris, Jerman, dan Mandarin.
"Pelatihan secara online juga lebih pantas untuk dilakukan sekarang ini," kata Neumann. "Tapi, kita masih perlu membahas bagaimana pelatihan terbuka seperti itu bisa menghasilkan gelar. Saat ini, walau Anda bisa mempelajari suatu topik dengan cukup dalam dari pelatihan online, Anda tidak akan mendapatkan ijazah."
Selain itu, SAP juga menyediakan University Alliance Program. Dalam program ini, SAP bekerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia untuk menyediakan peralatan dan pelatihan agar pihak universitas bisa memberikan pelajaran tentang SAP pada muridnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id