Acara ini mempertemukan pemerintah, asosiasi industri, operator, akademisi, serta penyedia teknologi untuk menyepakati strategi nasional menuju konektivitas generasi berikutnya berbasis IPv6 dan Net5.5G.
Konferensi diselenggarakan oleh Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI) dengan dukungan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Bappenas, MASTEL, APJII, Universitas Indonesia, dan Telkom University.
Puncaknya adalah peluncuran whitepaper bertajuk “Building Indonesia’s Connection Highway Based on IPv6 and Net5.5G” yang disusun bersama oleh Bappenas dan Komdigi.
“Whitepaper ini bukan sekadar dokumen teknis, melainkan fondasi bersama untuk masa depan konektivitas Indonesia,” ungkap Ketua Umum ASIOTI Teguh Prasetya.
“Kolaborasi erat antara pemerintah, asosiasi industri, dan penyedia teknologi adalah kunci membangun infrastruktur yang tangguh dan siap mendukung ledakan ekonomi digital berbasis IPv6 Enhanced Net5.5G,” ujarnya.
Teguh menjelaskan, penetrasi IPv6 di Indonesia saat ini telah mencapai 15,3–16 persen, menjadi fondasi awal ekosistem Internet of Things (IoT).
Untuk mempercepat adopsi teknologi ini, Indonesia perlu mengakselerasi penerapan Enhanced IPv6 Net5.5G dengan dukungan teknologi seperti SRv6 Slicing, 400/800GE, Wi-Fi 7, serta pemanfaatan AI dalam manajemen jaringan otonom, termasuk WAN, campus network, dan data center network.
Ia menambahkan, whitepaper ini menetapkan timeline percepatan dual-stack IPv6 untuk periode 2025–2027, dan modernisasi menuju Net5.5G pada 2027–2030. Teguh mendorong agar seluruh pemangku kepentingan, termasuk regulator dan operator, menindaklanjuti rekomendasi tersebut demi mewujudkan Indonesia sebagai bangsa digital yang inklusif dan kompetitif.
“Transformasi digital adalah mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju Visi 2045. Net5.5G dan IPv6 Enhanced adalah infrastruktur strategis yang akan mengakselerasi produktivitas nasional dan menciptakan lapangan kerja bernilai tinggi,” kata Deputi Bidang Ekonomi dan Transformasi Digital Bappenas Dr. Vivi Yulaswati.
Ia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan pasar digital terbesar di Asia Tenggara, dengan proyeksi Gross Merchandise Value (GMV) mencapai USD 360 miliar atau sekitar Rp6 kuadriliun.
Namun, tingkat literasi digital nasional masih sekitar 62 persen, di bawah rata-rata ASEAN sebesar 70 persen, serta masih terdapat risiko tinggi kebocoran data
“Migrasi ke IPv6 Enhanced dan Net5.5G memberikan landasan untuk membangun arsitektur jaringan yang lebih aman secara native, yang krusial bagi kedaulatan data dan keamanan siber nasional. Pemerintah berkomitmen menciptakan yang mendukung inovasi lokal dalam ekonomi gigabit ini,” jelas Staf Ahli Bidang Sosial Ekonomi dan Budaya Komdigi Raden Wijaya Kusumawardhana.
Ia menambahkan, adopsi IPv6 di Indonesia meningkat dari 6 persen pada 2022 menjadi 16 persen pada 2024. Pemerintah menargetkan 31 persen adopsi pada 2030, meski masih dihadapkan pada rendahnya penetrasi 5G (4,4 persen populasi) dan keterbatasan infrastruktur serta spektrum.
Industri Dukung Implementasi IPv6 dan Net5.5G
Sebagai tindak lanjut, Telkomsel, XLSMART, dan Huawei meluncurkan whitepaper bersama berjudul “NET5.5G AI WAN: Jaringan Transportasi IP” yang membahas integrasi AI dalam jaringan Net5.5G.“IPv6 juga menghapus fragmentasi oleh router, sehingga hanya pengirim yang dapat melakukan fragmentasi, yang pada akhirnya menekan risiko serangan, sekaligus menuntut firewall IPv6 yang lebih kuat,” kata Direktur Network Telkomsel Indra Mardiatna.
Ia menambahkan bahwa IPv6 membantu mengurangi ketergantungan pada CGNAT dan meningkatkan efisiensi biaya. “Telkomsel menegaskan, telah membangun fondasi IPv6 sebagai default yang kuat pada core, transport, dan layanan untuk mendukung Net5.5G dan teknologi masa depan,” ujarnya.
“Kami berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam pengembangan jaringan generasi berikutnya yang menawarkan kinerja unggul. Whitepaper ini menjadi penanda tonggak penting berikutnya dalam perjalanan kami,” tutur GH Planning and Design Transport XLSMART Fadly Hamka.
Dari Huawei, Li Haifeng, President Carrier IP Marketing & Solution Department, menuturkan bahwa dengan semakin pentingnya AI dalam strategi operator, IPv6 Enhanced Net5.5G mendorong integrasi mendalam antara jaringan dan AI.
Konferensi juga membahas penerapan Kota Gigabit sebagai katalis pembangunan nasional, mencakup tiga sektor: Smart Home & Building, Smart Office & Industry, dan Smart Mobility & City. Teknologi berbasis IPv6 Enhanced dan Net5.5G diharapkan menjadi fondasi untuk mewujudkan transformasi digital Indonesia menuju Visi 2045.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News