Namun, di tahun 2025, mitos tersebut mulai runtuh. Laporan terbaru dari Cloudera, "The Future of Enterprise AI Agents", mengungkap tren signifikan di mana perusahaan global semakin beralih ke model bahasa besar (LLM) open-source untuk membangun agen AI mereka1.
Pergeseran ini bukan sekadar tentang mencari alternatif gratis. Laporan tersebut menyoroti bahwa model terbuka, yang dulunya dianggap tertinggal dibandingkan model tertutup, kini telah berkembang pesat.
Komunitas pengembang global yang bekerja pada model-model seperti Llama, Mistral, dan DeepSeek telah berhasil membuktikan bahwa kinerja model open-source kini mampu menyaingi—dan dalam beberapa kasus bahkan melampaui—sistem proprietari dalam kasus penggunaan perusahaan yang krusial.
Alasan utama di balik migrasi ini adalah rasionalitas ekonomi yang tak terbantahkan. Bagi perusahaan yang beroperasi dalam skala besar, ketergantungan pada model tertutup menjadi beban biaya yang tidak berkelanjutan.
Laporan Cloudera memberikan ilustrasi tajam: jika sebuah model proprietari hanya memberikan peningkatan kinerja marjinal—misalnya peningkatan 1% dalam tugas tolok ukur—tetapi membebani perusahaan dengan biaya 10 kali lipat lebih mahal, maka kasus bisnisnya menjadi tidak valid4.
Terobosan terbaru menunjukkan bahwa model open-source adalah rute yang jauh lebih hemat biaya bagi perusahaan untuk diadopsi. Hal ini mendorong CIO dan CTO untuk mengevaluasi ulang strategi pengeluaran AI mereka, beralih dari menyewa kecerdasan mahal menjadi mengadopsi model terbuka yang efisien.
Selain faktor biaya, isu vendor lock-in (ketergantungan pada satu vendor) menjadi pendorong utama lainnya. Sebagian besar model tertutup terikat pada cloud publik atau API tertentu. Hal ini menciptakan tantangan besar terkait kedaulatan data dan integrasi dengan infrastruktur yang sudah ada.
Sebaliknya, model open-source menawarkan fleksibilitas penerapan yang tidak dapat ditandingi oleh vendor proprietari. Model terbuka dapat di-hosting secara mandiri (self-hosted) atau disebarkan di lingkungan cloud pribadi maupun hibrida.
Kemampuan ini memudahkan perusahaan untuk mematuhi persyaratan keamanan dan kepatuhan yang ketat, serta menjaga data sensitif tetap berada di dalam kendali penuh perusahaan. Data survei mendukung tren ini, dengan 41% responden menyatakan mereka menggunakan alat dan perpustakaan low-code atau open-source untuk membangun agen AI mereka.
Dengan keunggulan mulai dari efisiensi biaya hingga kendali lebih besar atas data, keuntungan strategis dari model open-source menjadi semakin jelas. Tahun 2025 tampaknya akan menjadi tahun di mana dominasi model tertutup ditantang secara serius oleh demokratisasi teknologi AI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News