Hal ini sedikit berbeda dengan kondisi pasar smartphone di Asia Tenggara. Kendati digempur pemberitaan peralihan minat Gen Z ke ponsel feature, Canalys melaporkan bahwa pasar smartphone Asia Tenggara masih bersemangat, meski mengalami dinamika pertama sejak tahun 2024 lalu.
Menurut laporan riset terbaru Canalys, pasar smartphone Asia Tenggara mengalami penurunan pengiriman sebesar 3% menjadi 22,8 juta unit pada kuartal pertama 2025. Penurunan ini dilaporkan terjadi setelah lima kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan tahunan.
Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand dilaporkan turut berkontribusi dalam rantai nilai smartphone global, berkat kekuatan industri lokal mereka. Untuk pasar Indonesia, laporan Canalys menyebut pasar smartphone Indonesia mencatat jumlah pengiriman sebanyak 8,6 juta unit pada kuartal I-2025.
Angka ini mengalami penurunan dari total 9,1 juta unit pada periode yang sama tahun lalu. Pasar Indonesia dilaporkan Canalys didominasi oleh ponsel berharga terjangkau selama kuartal pertama tahun 2025, dari bulan Januari hingga Maret.
Laporan ini menyebut perangkat dengan harga di bawah USD100 (Rp1,6 juta) mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 35%. Angka tersebut mengalahkan segmen perangkat menengah yang mengalami penurunan hingga 34%.
Selain tren ponsel murah, Canalys juga mencatat pertumbuhan pada segmen ponsel 5G. Penetrasi smartphone 5G di Indonesia naik dari 49% menjadi 55% dibanding tahun lalu, seiring dengan semakin terjangkaunya perangkat 5G di pasar domestik.
Secara umum, harga jual rata-rata (ASP) smartphone di Indonesia saat ini berada di kisaran USD180 (Rp2,9 juta). Sebagai pengingat, laporan Canalys ini tidak secara khusus menyoroti penurunan permintaan smartphone di Indonesia akibat peningkatan permintaan ponsel feature.
Sebagai informasi, peralihan dari smartphone ke ponsel feature ini dilaporkan didorong oleh sejumlah alasan, salah satunya sebagai bagian dari proses detoksifikasi digital, karena ponsel ini menawarkan fitur terbatas.
Keterbatasan fitur ini dinilai Gen Z mampu memberikan pengalaman pengguna menjadi lebih sederhana dan mengurangi adiksi mereka terhadap internet termasuk menjelajahi media sosial yang dapat dengan mudah dilakukan di smartphone.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News