Sebanyak 94% eksekutif di kawasan Asia Pasifik tercatat menjadikan AI sebagai prioritas strategis pada tahun 2025, tetapi tenaga kerja Indonesia belum punya keterampilan AI yang mumpuni, sehingga berpotensi menghambat transformasi ini.
Dengan insight mendalam dari lebih 1,1 miliar anggota dan hampir 69 juta perusahaan, Work Change Report perdana LinkedIn mengungkapkan bahwa perusahaan yang bisa mengikuti perubahan dapat menjadi lebih kompetitif. Perusahaan yang lebih awal menggunakan AI pun sudah menuai hasilnya: dalam dua tahun terakhir, 51% bisnis global yang telah menggunakan AI Generatif melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 10% atau lebih.
AI telah terbukti mampu mendorong pertumbuhan pendapatan bagi perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Namun, tanpa investasi nyata untuk pengembangan keterampilan AI, Indonesia bisa terhambat dalam memanfaatkan potensi AI untuk mendorong inovasi dan pertumbuhan.
Seiring dengan transformasi AI di industri, data LinkedIn menunjukkan bahwa di Indonesia, keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan diperkirakan akan berubah 70% pada 2030. Kondisi ini meningkatkan kesenjangan keterampilan di Indonesia yang sulit diatasi dalam jangka pendek karena para profesional membutuhkan waktu untuk mengembangkan kemampuan baru.
Faktanya, 1 dari 2 perekrut di Indonesia mengatakan kurang dari separuh lamaran kerja yang mereka terima memenuhi semua kualifikasi yang dibutuhkan dan diinginkan. Sementara itu, hampir dua pertiga (63%) mengatakan ada ketidaksesuaian antara keterampilan pencari kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan.
Keterampilan yang paling sulit ditemukan di antara kandidat Indonesia adalah keterampilan AI (45%); keterampilan teknis/IT seperti pengembangan software dan engineering (40%); dan soft skills seperti komunikasi dan pemecahan masalah (32%).
Di sisi lain, 67% perekrut dan pemimpin perusahaan di Indonesia berencana merekrut lebih banyak tenaga kerja di 2025 dibanding 2024. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan tenaga kerja untuk menyesuaikan strategi dan mengadopsi pendekatan yang mengutamakan keterampilan.
“Tingginya kesenjangan keterampilan di Indonesia perlu ditangani dari dua arah. Perusahaan harus mengutamakan keterampilan dalam merekrut karyawan, sementara para profesional harus terus belajar. AI akan terus menjadi nilai tambah dari sebuah keterampilan karena AI semakin relevan untuk setiap profesi di masa depan dan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua pekerjaan," ungkap Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead at LinkedIn.
"Selain itu, ketika teknologi mulai mengotomatiskan banyak aspek intelektual dan teknis dari pekerjaan, keterampilan humanis seperti empati, kepemimpinan, dan kolaborasi justru akan menjadi 'hard skills' yang baru.”
Perusahaan yang mengutamakan keterampilan dibandingkan gelar, reputasi, atau histori perusahaan sebelumnya, memiliki keuntungan strategis dalam menempatkan kandidat yang tepat di posisi yang sesuai. Dengan begitu, kinerja yang dicapai bisa lebih optimal. Pendekatan berbasis keterampilan ini tidak hanya menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih efisien, tetapi juga mendorong kesetaraan dan membuka peluang bagi kandidat dari berbagai latar belakang.
Rohit Kalsy dari LinkedIn menjelaskan, selama pandemi, kami melihat banyak pegawai di industri makanan yang kehilangan pekerjaan karena tutupnya sejumlah restoran. Di sisi lain, kebutuhan tenaga kerja untuk layanan pelanggan secara digital justru mengalami peningkatan. Hal yang cukup mengejutkan adalah para pekerja ini telah memiliki 70% keterampilan yang dibutuhkan, yang biasanya dapat dialihkan ke petugas layanan pelanggan tingkat pemula.
"Namun, banyak yang tetap menganggur, sementara posisi layanan pelanggan tetap kosong. Seandainya saat itu kita fokus pada keterampilan, kita bisa menciptakan pasar tenaga kerja yang lebih efisien. Ketidakseimbangan ini pun terjadi di seluruh industri. Dengan berfokus pada keterampilan, kita bisa mendorong tenaga kerja yang lebih produktif dan adil.”
Secara global, 50% perekrut di LinkedIn kini secara jelas menggunakan data keterampilan untuk mengisi posisi. Data kami pun menunjukkan bahwa pendekatan yang mengutamakan keterampilan dapat meningkatkan jumlah kandidat potensial hingga 9,5x lipat di Indonesia dibanding perekrutan yang hanya berdasarkan pengalaman.
Pergeseran ini mengubah cara perusahaan dalam menemukan dan mengembangkan talenta, dari perekrutan konvensional ke perekrutan yang menekankan pada keterampilan yang dapat dialihkan dan potensi pertumbuhan.
Faktanya, 92% direksi di kawasan Asia Pasifik mengatakan bahwa mereka lebih cenderung mempekerjakan seseorang dengan kemampuan yang berpotensi untuk terus berkembang dan memiliki keinginan belajar daripada kandidat yang memiliki lebih banyak pengalaman kerja tetapi kurang mampu beradaptasi. Bagi para profesional, hal ini menggarisbawahi pentingnya untuk terus membangun keterampilan baru agar tetap kompetitif.
Pendekatan yang mengutamakan keterampilan juga menguntungkan perusahaan karena mereka dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja yang ada untuk mengisi peran-peran penting. Di Indonesia, 85% perekrut menempatkan peningkatan keterampilan karyawan sebagai prioritas utama untuk tahun 2025, dengan fokus pada AI (85%) dan soft skills seperti kolaborasi dan pola pikir yang berkembang (84%). Pasalnya, pekerjaan kian menuntut karyawan untuk terus belajar, sehingga perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan keterampilan akan memposisikan tenaga kerja mereka untuk sukses dalam jangka panjang.
74% profesional HR di Indonesia percaya bahwa alat berbasis AI dapat mempercepat dan mempermudah proses perekrutan. Hiring Assistant terbaru dari LinkedIn dirancang untuk mengurangi tugas-tugas yang menyita waktu, seperti memposting lowongan dan melakukan pencarian berulang untuk posisi yang sama.
Dengan begitu, perekrut dapat lebih fokus pada tugas-tugas strategis dan manusiawi yang benar-benar penting—seperti berinteraksi langsung dengan kandidat.
Dengan AI yang dipadukan dengan insight unik dari LinkedIn, kami membantu perekrut menemukan kandidat berdasarkan keterampilan mereka, bukan hanya berdasarkan faktor tradisional seperti riwayat pekerjaan atau pendidikan.
Tahun lalu, LinkedIn meluncurkan AI-powered Coaching di LinkedIn Learning yang memberikan pembelajaran yang dipersonalisasi secara real time untuk membantu para profesional membangun keterampilan dalam skala besar. Kini, LinkedIn meluncurkan fitur pelatihan baru berteknologi AI yang membantu peserta mempraktikkan keterampilan humanis melalui skenario interaktif menggunakan teks atau suara.
Misalnya, peserta bisa melatih cara mereka memberikan ulasan kinerja atau memberikan feedback kepada rekan kerja. Setelah setiap sesi, peserta menerima feedback yang dapat ditindaklanjuti dan dipersonalisasi untuk menutup kesenjangan keterampilan yang teridentifikasi selama sesi praktik.
Hal ini sangat bermanfaat karena 56% perekrut profesional di Indonesia mengaku kesulitan mengakses sumber daya pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yang menekankan nilai dari fitur-fitur yang didukung oleh AI di LinkedIn.
Alifah Zahra, Head of Talent Acquisition di Paragon Corp, setuju. “AI dalam organisasi membuat pekerjaan lebih efektif dan efisien, memungkinkan peran HR menjadi lebih strategis dengan memanfaatkan analitik prediktif. Hal ini menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan kinerja yang lebih baik.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id