Foto: NVIDIA
Foto: NVIDIA

Saat AI Dipakai Buat Menilai Keramik Tiongkok

Mohamad Mamduh • 20 Juli 2025 23:11
Jakarta: Perjalanan panjang peradaban manusia sering kali dipandang melalui artefak yang menyimpan jejak estetika dan sejarah. Selama ribuan tahun, penilaian keramik Tiongkok—dari Dinasti Tang hingga era modern—mengandalkan mata ahli yang berpengalaman.
 
Kini, para peneliti di Universitas Putra Malaysia dan UNSW Sydney menghadirkan sistem kecerdasan buatan yang mampu mengklasifikasi dan memprediksi nilai keramik Tiongkok dengan akurasi hingga 99 persen. Inovasi ini tidak memerlukan perangkat keras spesialis, melainkan memanfaatkan GPU gaming konsumen sehari-hari.
 
Sistem AI tersebut mempelajari pola dekoratif pada permukaan keramik melalui enam kategori utama, yaitu pola tumbuhan, motif binatang, lanskap, sosok manusia, retakan glasir, dan desain geometris. Setiap gambar keramik dianalisis untuk menemukan pola dominan yang mewakili karakter visualnya.

Untuk bentuk wadah, tim peneliti mengembangkan pendekatan modular morfologis yang membagi artefak menjadi bagian seperti leher, pegangan, bahu, cerat, tubuh, dan alas. Dengan metode ini, AI dapat membedakan berbagai tipe keramik seperti botol, guci, piring, mangkuk, cangkir, pot, dan bak cuci.
 
Dalam proses deteksi visual, model YOLOv11 berperan penting untuk mengidentifikasi elemen-elemen dekoratif dan struktural. Data pelatihan mencakup gaya keramik dari tujuh periode sejarah, mulai dari Dinasti Tang hingga era modern, dengan total 20 contoh gaya representatif.
 
Algoritma penilaian harga kemudian mempelajari data lelang dari Sotheby’s dan Christie’s, sehingga mampu memproyeksikan kategori harga berdasarkan hasil lelang dunia nyata. Semua perhitungan ini hanya berjalan pada GPU NVIDIA GeForce RTX 3090, perangkat yang biasa digunakan untuk menjaga lancarnya grafis di gim-gim berat saat ini.
 
Satu uji coba menarik menunjukkan kemampuan AI menaksir artefak era Dinasti Ming dengan estimasi harga sekitar 30 persen di bawah harga palu akhir di lelang. Hasil tersebut menegaskan bahwa meski masih bergantung pada penilaian manusia, algoritme dapat memberikan perspektif baru dalam menilai warisan budaya. Keandalan prediksi pada kisaran mendekati kesempurnaan membuka peluang untuk mengintegrasikan AI sebagai mitra penilai, bukan hanya sebagai alat bantu statistik.
 
Visi utama dari proyek ini adalah mendemokratisasi akses terhadap keahlian penilaian keramik. Dengan adanya sistem otomatis, kolektor muda, museum kecil, dan proyek arsip digital dapat memperoleh analisis objektif mengenai jenis, usia, dan estimasi nilai keramik tanpa perlu bergantung pada sejumlah besar pakar. Pendekatan ini berpotensi memperluas partisipasi dalam dialog global tentang warisan budaya yang selama ini diwarnai oleh ketidakmerataan akses.
 
Ke depan, tim peneliti berencana mengadaptasi teknologi serupa untuk bentuk-bentuk warisan visual budaya lainnya, seperti kostum opera Kanton dan mural bersejarah. Dengan memadukan teknologi AI dan GPU gaming, era baru apresiasi budaya akan membutuhkan kurang waktu, biaya, dan kompleksitas perangkat keras, sekaligus menciptakan basis data global yang lebih kaya dan inklusif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan