Negara lain juga melaporkan bahwa volume surat menurun setengahnya antara tahun 2011/2012 dan 2022/2023, dari sekitar 14 miliar item menjadi tujuh miliar item. Di berbagai negara, kantor layanan pos juga mulai ditutup, harga perangko naik, dan frekuensi layanan pos harian serta mingguan terus berkurang.
Surel, SMS, aplikasi pesan instan, surat digital, tagihan, dan faktur secara alamiah menyebabkan apa yang disebut sebagai ‘penurunan struktural’ dalam pengiriman surat kertas fisik. Penurunan ini terjadi secara regional, namun berbanding terbalik dengan lonjakan pengiriman paket domestik dan internasional, yang meningkat pesat sejak pandemi dan pertumbuhan e-commerce.
Kini, semakin banyak perusahaan pengiriman paket yang bersaing di pasar, menawarkan layanan pengiriman ke rumah, toko, dan locker, dengan berbagai kecepatan pengiriman.
Di Indonesia, badan usaha milik negara yang sebelumnya berfokus pada layanan pos telah telah bertransformasi menjadi penyedia layanan logistik dan paket ekspres. Transformasi ini sejalan dengan pertumbuhan pesat industri logistik, yang didorong oleh booming sektor e-commerce, yang diperkirakan akan menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia, dengan nilai yang diproyeksikan mencapai USD150 miliar pada tahun 2030.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 15.848 perusahaan yang bergerak di bidang pergudangan, ekspedisi, dan kurir di seluruh Indonesia. Namun, mayoritas (66,17%) perusahaan ekspedisi dan kurir tersebut melaporkan pendapatan tahunan kurang dari Rp2 miliar (sekitar USD121,400). Meskipun demikian, sebagian besar perusahaan ini (83,44%) sudah mengadopsi teknologi canggih dalam operasional mereka, yang menunjukkan komitmen industri ini terhadap modernisasi.
Perusahaan pengiriman paket dan kurir tersebut membutuhkan aliran tenaga kerja logistik baru secara rutin, mulai dari operator gudang hingga pengemudi, untuk menangani rute baru, titik pengantaran yang semakin luas, dan ekspektasi pelanggan terhadap kecepatan pengiriman. Dengan semakin banyaknya organisasi yang masuk ke sektor pengiriman paket ini, persaingan untuk merekrut pekerja di lini depan pun meningkat. Pelatihan yang cepat, berkualitas, dan mudah dipahami oleh pekerja, sangat dibutuhkan agar karyawan baru mencapai tingkat produktivitas yang dibutuhkan.
Studi Zebra yang bertajuk Impact of Intelligent Operation menunjukkan bahwa perusahaan transportasi dan logistik di seluruh dunia mengalami peningkatan produktivitas sebesar 21% ketika alur kerja dioptimalkan menggunakan teknologi canggih seperti AI dan otomatisasi. Ini menunjukkan dampak signifikan dari penyederhanaan operasional terhadap efisiensi pekerja di lini depan.
Mempersiapkan Masa Depan AI
Di sinilah artificial intelligence (AI) berperan. AI dapat menjadi asisten yang terintegrasi ke dalam pekerjaan sehari-hari para pekerja logistik dan pos, AI bisa memberikan informasi penting seperti prosedur operasional standar, kebijakan SDM, memberikan rekomendasi rute terbaik secara tepat waktu atau pembaruan lokasi pengantaran, serta membantu pekerja lini depan melacak tugas selanjutnya yang perlu dilakukan.
Menurut studi Zebra, Impact of Intelligent Operations, lebih dari dua pertiga perusahaan transportasi dan logistik global kini menggunakan AI untuk manajemen inventaris, memperkirakan permintaan, dan prediktif analitik, yang memungkinkan visibilitas operasional real time dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas.
Mengintegrasikan AI dalam tugas pengiriman paket di lini depan merupakan bagian dari strategi pertumbuhan yang mempercepat pelatihan dan meningkatkan produktivitas karyawan baru, dan menghemat biaya. Hasilnya adalah penghematan biaya, jam kerja yang lebih fokus pada pelanggan, dan lebih banyak tugas yang bisa diselesaikan. Hal ini juga memberikan dampak positif terhadap pengalaman pekerja lini depan karena tugas manual jadi lebih mudah dikerjakan.
Selain itu, studi Zebra Impact of Intelligent Operations menandakan bahwa perusahaan transportasi dan logistik yang mengoptimalkan alur kerja pengiriman dan inventaris mengalami pertumbuhan pendapatan hingga 3,4 poin persentase serta mengalami peningkatan profitabilitas, menyoroti keuntungan finansial yang didapatkan langsung saat mereka berinvestasi pada pengoptimalan alur kerja.
Namun, di mana AI berada? Di mana AI ditempatkan sehingga mudah diakses tanpa menghambat pekerjaan sehari-hari? Satu jawabannya adalah, AI diaplikasikan di perangkat yang dipegang oleh pekerja gudang dan logistik, di perangkat genggam dan wearable mereka. Secara spesifik, inilah model AI on-device (AI yang dijalankan langsung di perangkat), sehingga data tidak perlu disimpan di cloud, yang memberikan perusahaan lapisan keamanan tambahan dan mengurangi latensi karena semua pemrosesan bisa dilakukan di perangkat itu sendiri.
Akan tetapi, perangkat tersebut harus mampu menjalankan pekerjaan AI dengan chipset yang tepat, bukan sekadar perangkat mobile yang murah, dan menerapkan kebijakan bekerja dengan perangkat sendiri, terutama untuk kontraktor dan karyawan sementara/musiman.
Perangkat yang AI-ready harus dilengkapi dengan chipset terbaru dan arsitektur software yang tepat. Kita bicara tentang perangkat yang dirancang untuk pemrosesan dan pengiriman paket, bukan ponsel konsumen.
Perangkat yang bisa dikelola, diamankan, diservis, dan diperbarui secara cepat oleh tim IT atau tim teknologi operasional. Alat yang canggih, seperti RFID dan machine vision, juga memainkan peran yang penting dalam meningkatkan visibilitas dan efisiensi operasional di seluruh alur kerja transportasi dan logistik, sehingga meningkatkan produktivitas dan akurasi.
Satu Pertanyaan tentang Keamanan
Perhitungan sederhana atas biaya per perangkat atau keseluruhan, tidaklah cukup. Pendekatan strategis jangka panjang menuntut organisasi untuk tidak tergoda membeli perangkat termurah atau meminta pekerja menggunakan ponsel pribadi mereka.
Para pemimpin IT dan operasional seharusnya fokus pada value jangka panjang. Biaya akibat jam kerja yang hilang, proses orientasi dan pelatihan yang lambat, rute yang lebih lambat maupun pilihan rute pengiriman yang tidak efisien, serta risiko keamanan dan kebocoran data harus dipandang sebagai alasan kuat untuk berinvestasi pada perangkat kerja yang tepat. Di Indonesia, sebuah studi menunjukkan korelasi yang signifikan antara kepuasan pelanggan e-commerce dan kualitas layanan pengiriman paket, terutama dalam hal kecepatan dan akurasi pengiriman.
Perlindungan data dan privasi merupakan prioritas menyeluruh bagi organisasi di sektor logistik dan pos. Artinya, langkah dan kebijakan keamanan harus mampu melindungi data yang tersimpan di sistem ERP dan CRM pusat, di cabang lokal, serta di perangkat pekerja pengiriman yang sedang bekerja di lapangan, mengantarkan paket ke rumah dan loker pelanggan.
Justru kelompok terakhir inilah, yaitu pengemudi dan petugas pengiriman, yang paling berisiko karena masih ada perusahaan yang meminta mereka untuk menggunakan ponsel pribadi, yang tidak memiliki level keamanan data dan software yang dibutuhkan dalam lingkungan kerja profesional. Praktik penggunaan perangkat pribadi untuk bekerja umum terjadi di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, di mana banyak perusahaan menerapkan kebijakan bawa perangkat Anda sendiri dengan dalih meningkatkan produktivitas karyawan saat bekerja secara remote.
Padahal, kebutuhan keamanan mencakup pembaruan software yang rutin dan kuat, aplikasi yang disetujui, keamanan Wi-Fi dan manajemen armada IT. Melindungi data pelanggan adalah hal yang sangat penting. Peretasan, ransomware, dan kebocoran data di dark web bisa mencederai kepercayaan konsumen dan pendapatan bisnis.
Upaya menghemat biaya dengan membeli perangkat paling murah di pasar justru bisa berujung pada kerugian yang lebih besar, baik dari sisi hardware maupun reputasi perusahaan, terutama jika perangkat murah tersebut ternyata memiliki kelemahan keamanan dan tidak dilengkapi dengan chipset yang mendukung kapabilitas AI.
Risiko semakin meningkat ketika perusahaan mempekerjakan tenaga musiman atau kontraktor, karena saat mereka selesai bekerja, mereka akan membawa serta ponsel pribadi yang mungkin menyimpan sejumlah besar data pelanggan, yang bisa memberikan risiko yang lebih besar.
Perusahaan logistik dan pengiriman paket kini menginginkan pekerja lini depan yang lebih terhubung, termasuk visibilitas aset dan inventaris yang lebih baik dalam operasional, pengiriman paket, rute, dan drop-off. Tetapi, semua ini harus dilakukan secara aman, karena para pekerja lapangan ini berada di lini depan dalam membuat, membaca, dan mengambil data pribadi maupun data perusahaan, dan mereka adalah wajah perusahaan di mata pelanggan. Portofolio solusi otomatis cerdas dari Zebra, termasuk tools berbasis RFID dan AI, dikembangkan khusus untuk menjawab tantangan tersebut.
Dengan menghadirkan visibilitas real time dan lancar, pengambilan keputusan yang lebih cerdas, dan operasional yang aman, Zebra membantu perusahaan transportasi dan logistik beradaptasi dengan tuntutan yang terus berubah, sekaligus tetap kompetitif.
(Eric Ananda, Country Lead Indonesia, Zebra Technologies)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id