Acara ini menjadi kesempatan untuk memperkenalkan fitur-fitur baru dan meluncurkan produk yang sebelumnya telah diperkenalkan di acara .NEXT di Washington D.C. pada Mei lalu.
Narasumber utama dalam acara ini termasuk Jay Tuseth, Vice President dan General Manager Asia Pasifik dan Jepang, Faiz Shakir, Vice President & Managing Director India dan ASEAN, serta Robert Kayatoe, Country Manager Nutanix untuk Indonesia.
Robert Kayatoe membuka sesi dengan antusias, dia juga merefleksikan perjalanannya. “Saya bergabung dengan Nutanix sebagai country manager selama dua bulan. Saya melihat banyak hal dari Nutanix sekitar 10-15 tahun yang lalu. Sekarang sudah banyak berubah,” tuturnya.
Kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) dijelaskan sedang gencar dalam menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Menurut laporan Nutanix Enterprise Cloud Index (ECI) 2025, 60% organisasi di APJ sudah menerapkan strategi Generative AI (GenAI).
Robert menyebut Asia Tenggara bahkan berada di garis terdepan tren ini, didorong oleh peningkatan otomatisasi, strategi AI nasional yang kuat, dan peningkatan adopsi AI oleh enterprise.
Namun, tantangan terbesar adalah meningkatkan skala GenAI dari pengembangan ke produksi, di mana integrasi infrastruktur IT menjadi penghambat utama. Untuk membuka potensi penuh GenAI, modernisasi infrastruktur IT yang scalable, aman, dan siap AI menjadi prioritas.
“Dulu, perhatian ada di infrastruktur. Sekarang sudah dimulai di aplikasi. Aplikasi sebagai layanan. Software sebagai layanan. Dan seterusnya. Dan ini, kami coba jawab. Kami melihat bahwa IT sekarang harus dimodernisasi, dari infrastruktur ke aplikasi yang ada,” jelasnya.
Jay Tuseth membagikan lebih detail riset yang dilakukan Nutanix. Asia Tenggara juga diklaim menunjukkan peralihan yang cepat ke aplikasi cloud-native, didorong oleh ekonomi digital yang melonjak 2,5 kali lipat menjadi US$11 miliar pada tahun 2024 dibandingkan 2022.
Hal ini memungkinkan perusahaan menyediakan layanan digital yang lebih agile, scalable, dan inovatif.
Kontainerisasi aplikasi kini menjadi standar global untuk pengembangan cloud-native, memungkinkan akses data yang aman dan lancar di seluruh lingkungan hybrid multi cloud. Di APJ, sebanyak 80% organisasi telah melakukan kontainerisasi pada beberapa aplikasi mereka, dan 16% lainnya sedang dalam proses.
Tekanan biaya dan kebutuhan akan resiliensi juga menjadi perhatian utama bagi pemimpin IT di Asia Tenggara. Sebanyak 95% organisasi di dunia menyatakan GenAI telah membentuk ulang prioritas mereka, terutama terkait keamanan dan privasi.
Jay Tuseth juga menyoroti bahwa keamanan adalah hal yang terpenting, terutama dengan persyaratan kedaulatan data dan keamanan data yang ketat oleh pemerintah Indonesia. Dalam konteks ini, arsitektur hybrid multicloud, dikombinasikan dengan kontainerisasi dan Kubernetes, sangat penting untuk mengatasi tantangan sekaligus mendorong inovasi.
Nutanix memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam komputasi hybrid multi cloud, memberdayakan organisasi untuk berinovasi dan bersiap menghadapi teknologi masa depan seperti AI, aplikasi cloud-native, dan operasional hybrid yang terdistribusi.
Dengan Nutanix Cloud Platform dan ekosistem mitra yang luas, pelanggan dapat menjalankan data, aplikasi, dan AI mereka dengan aman dan lancar di mana saja, mulai dari edge, pusat data, hingga cloud.
“Pada awalnya kami berbicara tentang hyperconverged hubs, sekarang kami berbicara tentang platform as a service. Di Indonesia, kami melihat bahwa dengan wilayah kami yang luas, Nutanix dapat menyediakan platform tunggal dan konsisten,” kata Rpbert.
“Untuk pelanggan kami, mereka dapat menggunakan aplikasi tradisional atau native cloud. Dan itu semua konsisten. Kami telah menyebutkan sebelumnya bahwa AI, modernisasi aplikasi, dan hybrid cloud adalah solusi kami,” imbuhnya.
Nutanix menawarkan fleksibilitas penuh bagi pelanggan untuk memilih platform yang mereka inginkan. “Membuat pelanggan kami fleksibel untuk memilih platform yang mereka inginkan. Dari kecil hingga besar,” kata Robert.
Dia juga menyoroti pentingnya kebebasan memilih hardware. “Kalau kita lihat kebebasan memilih, itu apa? Server apapun. Kami tidak menjual server. Itu semua OEM. Jadi, kami berbicara tentang kebebasan memilih. Kami tidak mendefinisikan bahwa layanan kami semuanya sama,” jelasnya.
Nutanix juga mengumumkan beberapa perkembangan dan peluncuran baru. Nutanix Cloud Infrastructure (NCI) kini memungkinkan pelanggan memanfaatkan penyimpanan eksternal dengan Nutanix Cloud Platform, dimulai dengan dukungan untuk Dell PowerFlex.
Kemitraan dengan Pure Storage menghadirkan solusi terintegrasi baru untuk beban kerja yang sangat penting, termasuk aplikasi AI. Kemudian Nutanix Cloud Clusters (NC2) on Google Cloud (Public Preview) memperluas kemampuan mobilitas beban kerja dan hybrid cloud Nutanix, dibangun di atas dukungan NC2 yang sukses untuk AWS dan Azure.
Selanjutnya Cloud Native AOS yang merupakan solusi baru memperluas layanan penyimpanan enterprise dan data canggih Nutanix ke layanan hyperscale Kubernetes dan lingkungan bare metal cloud native tanpa memerlukan hypervisor.
Satu lagi adalah Nutanix Enterprise AI (NAI) versi terbaru yang sangat terintegrasi dengan NVIDIA Enterprise AI, termasuk framework NVIDIA NIM dan NVIDIA NeMo, bertujuan mempercepat penerapan aplikasi Agentic AI di enterprise.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News