Namun, seperti yang disebutkan oleh BBC, permintaan maaf itu tidak menghentikan para investor dari menjual saham Facebook. Tidak heran, mengingat skandal ini membuat munculnya tagar #deletefacebook. Para pengiklan juga tampaknya mulai menarik iklan mereka dari Facebook.
Saham Facebook turun dari USD176,8 (Rp2,4 juta) per lembar pada hari Senin lalu menjadi USD159,3 (Rp2,2 juta) pada hari Jumat malam.
Ketika Facebook melakukan penawaran saham perdana pada 2012, sahamnya dihargai USD38 (Rp523 ribu) per lembar, menjadikannya memiliki valuasi hampir USD104 miliar (Rp1.433,5 triliun).
Seiring dengan pertumbuhan pengguna yang stabil dan penguasaan pasar iklan digital, pendapatan Facebook terus naik, membuat sahamnya naik menjadi USD190 (Rp2,6 juta) per lembar pada Februari tahun ini.
Senior Analyst di Pivotal Research, Brian Wieser mengaku bahwa dia adalah salah satu orang yang pesimis terhadap nilai saham Facebook di Wall Street. "Saya memperkirakan saham Facebook akan menjadi USD152 (Rp2,1 juta) pada 2018 -- dan itu sebelum skandal minggu ini," kata Wieser.
Wieser berkata, turunnya saham Facebook menunjukkan bahwa para investor khawatir pemerintah akan membuat regulasi yang lebih ketat yang akan berakhir dengan menurunnya pengguna. "Tapi kecil kemungkinan para pengiklan akan meninggalkan Facebook. Dimana lagi mereka akan mengiklan?" katanya.
Laith Khalaf, Senior Analyst di Hargreaves Lansdown berkata bahwa skandal minggu ini sangat destruktif bagi Facebook. "Salah satu rahasia kesuksesan Facebook adalah semakin banyak penggunanya, semakin penting platform ini bagi para pelanggannya," katanya.
"Sayangnya, hal yang sama akan berlaku sebaliknya jika Facebook kehilangan banyak pengguna akibat dari skandal ini. "
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News