Meski demikian, langkah tersebut dianggap kurang tepat oleh pakar IT Onno W Purbo. Ia juga menyebutkan bahwa pemblokiran yang dilakukan oleh pemerintah tidak terlalu efektif.
"Kalau menurut saya sih prosedurnya lebih baik minta semua chat, Telegram, WhatsApp,Line, dan lain-lain untuk bisa konfirmasi. Kalau ada chat yang radikal, mendingan user yang bikin perkara didepak, bukan aplikasi atau web-nya yang diblokir," ujar Onno kepada Metrotvnews.com.
Onno juga menambahkan meski Telegram diblokir, para pelaku teroris yang menjadi incaran pemerintah kemungkinan besar akan beralih menggunakan aplikasi lain. Jika hal tersebut terjadi, maka pemblokiran akan menjadi sia-sia.
Onno berpendapat ada cara lain yang bisa ditempuh oleh pemerintah untuk menangkal gerakan propaganda grup teroris dan radikal. Salah satu caranya adalah dengan melacak gerakan tersebut, menangkap pelaku, serta memblokikr konten yang telah dibuat. Dengan demikian, fasilitas dan aplikasi yang tersedia masih bisa dinikmati oleh masyarakat.
Sementara itu, Onno juga menyarankan masyarakat Indonesia untuk ikut aktif dalam memberantas konten radikalisme di dunia maya. Caranya adalah dengan memperbanyak konten positif sehingga dunia maya atau jagat internet bisa menjadi lebih enak digunakan.
"Mendingan kita membanjiri dunia maya dengan konten-konten positif agar menjadi lebih enak digunakan," ujar Onno.
Terakhir, Onno mengajak masyarakat Indonesia untuk beralih menggunakan aplikasi messengger PesanKita yang merupakan karya anak bangsa. Aplikasi tersebut dikatakan memiliki fitur enkripsi sehingga bisa dijadikan alternatif dari Telegram. Aplikasi PesanKita sudah tersedia secara gratis di Google Play Store.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id