“Kita berada di momen yang krusial, di mana Asisten dan Agen AI berkembang dari sekadar alat dan teknologi menjadi mitra sejati yang meningkatkan kreativitas manusia dan membentuk ulang operasional perusahaan seperti yang kita kenal selama ini,” ujar General Manager IBM ASEAN Catherine Lian.
Terkait dengan hal ini, IBM menggelar diskusi terkait potensi transformatif Agentic AI dalam membentuk industri masa depan, terfokus pada cara AI generasi baru ini mampu mengambil keputusan secara mandiri dan bertindak berdasarkan tujuan.
Kemampuan ini dinilai IBM akan dapat mengubah cara kerja bisnis melalui peningkatan produktivitas, perbaikan efisiensi operasional, dan penurunan biaya signifikan. Agentic AI dinilai hadir sebagai penggerak kuat, membantu pelaku usaha membangun model AI lebih cerdas, efisien, dan adaptif demi pertumbuhan berkelanjutan.
Agentic AI mengacu pada sistem atau program yang mampu melakukan tugas secara mandiri atas nama pengguna atau sistem lain, dengan merancang alur kerjanya sendiri dan memanfaatkan perangkat yang tersedia.
Fungsionalitasnya mencakup lebih dari sekadar pemrosesan bahasa alami atau natural language processing, termasuk pengambilan keputusan, pemecahan masalah, interaksi dengan lingkungan eksternal, dan pelaksanaan tindakan secara otomatis.
IBM menyebut organisasi akan berinvestasi dalam Agentic AI karena kemampuannya menjalankan tugas secara mandiri, beradaptasi terhadap perubahan kondisi tanpa campur tangan manusia. Agen AI ini juga disebut IBM mampu memahami instruksi kompleks, melakukan penalaran, dan belajar dari pengalaman dengan memanfaatkan GenAI.
Selain itu, IBM turut menjabarkan area adopsi utama dari teknologi kecerdasan buatan ini, termasuk finansial, sumber daya manusia, pengadaan, serta penjualan dan layanan pelanggan. Pada area finansial, Agentic AI disebut akan membantu dalam otomatisasi perencanaan keuangan, eksekusi transaksi, validasi data, dan rekonsiliasi pengecualian.
Sedangkan pada area sumber daya manusia, Agentic AI akan membantu pengguna dalam memprediksi kebutuhan keterampilan tenaga kerja, serta memberikan pengalaman karyawan yang dipersonalisasi seperti layanan mandiri HR.
Pada area pengadaan, Agentic AI dinilai akan mendukung pengadaan atau sourcing dinamis dan real-time berdasarkan kondisi pasar, disertai analisis mitigasi risiko, sedangkan pada area penjualan dan layanan pelanggan, teknologi ini dapat membantu terkait perkiraan penjualan, prioritasi prospek, pemasaran personal, dan dukungan pelanggan 24/7.
Sementara itu, studi IBM Institute for Business Value’s 2025 CEO menunjukkan bahwa CEO secara global memprediksi investasi AI akan berlipat ganda dalam dua tahun ke depan. Sebanyak 61% dari mereka secara aktif mengadopsi agen AI.
Di Asia Tenggara, 57% CEO telah mengadopsi agen AI dan siap memperluas skalanya, dengan 60% telah menyiapkan karyawan untuk perubahan budaya dan operasional. Di Indonesia, 63% CEO percaya keunggulan kompetitif bergantung pada AI generatif paling maju, dan 61% sedang mengadopsi agen AI.
IBM memperkenalkan fitur agen baru dalam IBM watsonx Orchestrate, dijelaskan menggunakan foundation models dalam arsitektur agentic untuk menghadirkan kemampuan penalaran tingkat lanjut dan pengambilan keputusan secara mandiri.
Solusi ini, jelas IBM, memberdayakan bisnis untuk menata ulang proses, mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas, serta membuka peluang pendapatan baru tanpa biaya atau kompleksitas penggantian sistem secara keseluruhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News