Ilustrasi.
Ilustrasi.

Perusahaan yang Siap AI Tiga Kali Lebih Unggul

Cahyandaru Kuncorojati • 16 Oktober 2025 10:04
Jakarta: Cisco merilis hasil riset tahunan ketiganya, AI Readiness Index 2025, yang menunjukkan bahwa perusahaan yang siap mengimplementasikan kecerdasan buatan (AI) secara menyeluruh memiliki peluang tiga kali lebih besar untuk membawa proyek percontohan ke tahap produksi, serta 20% lebih mungkin menghasilkan nilai bisnis terukur dibandingkan perusahaan lain.
 
Laporan ini melibatkan lebih dari 8.000 pemimpin AI di 30 negara dan 26 industri, termasuk Indonesia. Di antara responden, hanya 23% organisasi di Indonesia yang masuk kategori “Pacesetters”, kelompok perusahaan yang dinilai paling siap secara teknologi, infrastruktur, dan tata kelola untuk mengadopsi AI dalam operasional bisnis.
 
Menurut Sheldon Chen, Country Leader Interim Cisco Indonesia, hasil riset ini menunjukkan bahwa kesiapan adalah kunci pencapaian nilai nyata dari AI. “Perusahaan yang siap memanfaatkan AI terbukti lebih tangguh dan produktif. Mereka mampu mengubah eksperimen menjadi hasil bisnis yang nyata,” ujarnya.
 

Perusahaan Pacesetters Jadi Tolok Ukur Keberhasilan AI

Cisco menemukan sejumlah karakteristik yang membedakan kelompok Pacesetters dengan perusahaan lainnya. Hampir semua Pacesetters global (99%) memiliki peta jalan AI yang jelas dan 91% sudah memiliki rencana manajemen perubahan, sementara di Indonesia angkanya masih 78% dan 51%.

Mereka juga lebih agresif dalam investasi: 79% menjadikan AI prioritas anggaran utama, dan 96% sudah memiliki strategi pendanaan jangka pendek maupun panjang, jauh di atas rata-rata perusahaan di Indonesia yang hanya 37% dan 69%. Selain itu, 71% jaringan mereka sudah fleksibel dan siap untuk mendukung proyek AI, dibandingkan hanya 27% di Indonesia.
 
Pacesetters juga lebih disiplin dalam mengukur dampak investasi AI: 95% di antaranya melacak kinerja dan ROI, serta 71% yakin penerapan AI akan membuka aliran pendapatan baru.
 

Tantangan: Infrastruktur, Keamanan, dan AI Infrastructure Debt

Meski adopsi AI di Indonesia meningkat pesat, riset Cisco menunjukkan kesenjangan antara ambisi dan kesiapan infrastruktur. Sebanyak 97% perusahaan di Indonesia berencana menerapkan agen AI dalam 12 bulan mendatang, namun hanya sebagian kecil yang memiliki infrastruktur memadai untuk mendukungnya.
 
Berdasarkan lembar fakta Cisco, hanya 27% perusahaan yang menilai jaringan mereka fleksibel, 47% memiliki GPU yang memadai, dan 70% masih kesulitan memusatkan data. Selain itu, 55% perusahaan mengeluhkan biaya komputasi tinggi, dan 82% khawatir kenaikan gaji ahli AI akan melampaui anggaran.
 
Cisco juga memperkenalkan konsep baru bernama AI Infrastructure Debt, yaitu tumpukan masalah teknis akibat infrastruktur lama yang tidak diperbarui. Kondisi ini dinilai dapat menggerus ROI investasi AI karena keterbatasan kapasitas, fragmentasi data, dan arsitektur usang.
 

AI Agentic dan Masa Depan Organisasi Cerdas

Riset Cisco turut menyoroti munculnya gelombang AI agentic, di mana 97% organisasi di Indonesia berencana mengadopsi agen AI yang dapat bekerja berdampingan dengan manusia dalam satu tahun ke depan. 
 
Namun, hanya 37% perusahaan yang merasa siap menghadapi ancaman siber berbasis AI, sementara 56% sudah menyadari potensi risikonya. Cisco menegaskan, perusahaan yang lebih disiplin dalam perencanaan, investasi, dan tata kelola keamanan akan lebih siap menghadapi fase baru AI yang bersifat otonom dan adaptif.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan