Karena itu, tidak heran jika acara seperti Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) akan terasa lebih menarik bagi para millennial daripada pameran seperti Indocomtech. Data berbicara, dalam 5 tahun terakhir, jumlah pengunjung Indocomtech cenderung stagnan bahkan menurun.
.png)
Padahal, banyak penelitian menunjukkan, generasi millennial yang jumlahnya sudah mengalahkan generasi X dan Baby Boomers, sebetulnya cenderung lebih konsumtif dari generasi sebelumnya. Menurut Hermawan Sutanto, yang disertasi doktoralnya di Universitas Pelita Harapan khusus membahas millennial, ada 3 faktor yang membuat generasi yang kini berada di rentang umur 18 - 34 tahun ini, lebih konsumtif.
Pertama, mereka relatif lebih berkecukupan daripada saat orangtua mereka remaja. Kedua, kehidupan mereka lekat dengan teknologi dan internet, memudahkan proses belanja.
"Pembelian online semudah tekan telunjuk di ponsel," kata Hermawan kepada Metrotvnews.com, Senin (7/11/2016).
Dengan kata lain, millennial tak lagi perlu repot-repot mengunjungi tempat berjualan, menghadapi macetnya jalan kota Jakarta, berdesak-desakan di antara kerumunan pengunjung, dan mengantre untuk membayar perangkat yang hendak mereka beli. Di saat yang sama, mereka juga dengan mudah membandingkan harga melalui situs perbandingan harga.
Ada begitu banyak pilihan sehingga tak tahu apa yang harus dibeli? cukup buka peramban web dan Anda bisa mencari informasi terkait produk yang Anda beli di situs berita atau forum internet. Menurut TIME, 66 persen generasi Baby Boomers berkata, rekomendasi dari teman atau anggota keluarga memiliki pengaruh lebih besar atas keputusan mereka untuk membeli daripada review dari seseorang yang tidak mereka kenal.
Sebaliknya, millennial justru tidak menginginkan rekomendasi dari orangtua atau teman mereka. Sebanyak 51 persen dewasa muda lebih percaya pada review yang dibuat oleh yang tidak dikenal. Perbedaan gaya berbelanja antara generasi millennial dengan generasi sebelumnya inilah yang membuat Hermawan percaya, ke depan, akan semakin banyak transaksi yang terjadi secara online.
"Bukan hanya barang sekunder seperti film dan musik, bahkan barang primer pun sekarang sudah di beli online. Ke depan, belajar pun juga akan merambah online," ujarnya.
Selain itu, Hermawan juga memperkirakan, harga produk akan semain murah karena adanya layanan berlangganan seperti Spotify. Hal ini sejalan dengan hasil riset yang dilakukan Intelligence Group yang melacak kebiasaan belanja 1.300 orang dengan rentang umur 18 - 34 tahun.
Salah satu temuan studi itu adalah, seperti yang dikutip dari Bloomberg, millennial cenderung memprioritaskan akses daripada kepemilikikan. Jadi, mereka lebih memilih untuk berlangganan layanan seperti Spofity dan Netflix daripada membeli CD atau DVD.
Perubahan tingkah laku generasi millennial inilah yang membuat keberadaan acara seperti Indocomtech menjadi kurang menarik. Sebagai gantinya, generasi millennial lebih tertarik dengan acara seperti Harbolnas.
"Ini sudah terlihat dari sekarang di mana jumlah acara-acara bazaar maupun jumlah pengunjungnya terus menurun dr tahun ke tahun," kata Hermawan.
Dan hal ini terbukti dalam acara Indocomtech yang jumlah pengunjung dan nilai transaksinya kurang dari yang ditargetkan. Menurut Hermawan, agar tidak tergerus zaman, maka pihak penyelenggara acara offline mulai mengalihkan acara ke tren teknologi dan mengubah proses jual-beli menjadi online. Di negara-negara maju, acara yang ramai pengunjungnya adalah acara yang fokus pada tren teknologi dan tak sekadar berjualan, seperti CES dan MWC.
Berbeda CES atau MWC, yang menjadi ajang bagi perusahaan teknologi besar sekelas Samsung untuk memamerkan produk baru mereka, acara teknologi yang ada di Indonesia biasanya hanya menjadi ajang untuk berjualan. Tidak ada vendor yang merilis produk baru yang sama sekali baru di ajang ini.
Salah satu hal yang menjadi daya tarik biasanya berupa diskon, sesuatu yang juga ditawarkan acara seperti Harbolnas. Walau demikian, Harbolnas juga belum sempurna.
Dari Harbolnas tahun lalu, misalnya, banyak sekali harga barang yang tak masuk akal karena dinaikkan terlebih dahulu sebelum didiskon secara fantastis (sampai 90 persen). Namun, tidak bisa dimungkiri, cepat atau lambat, Harbolnas akan jauh lebih menarik ketimbang acara pesta diskon semacam Indocomtech. Harbolnas juga lebih "demokratis" karena mampu menjangkau seluruh penduduk Indonesia yang sudah memiliki akses internet. Mereka tak perlu iri kepada orang-orang Jakarta.
Mungkin, sudah saatnya Indocomtech diwariskan kepada orangtua kita saja, kecuali jika pameran ini menghadirkan sesuatu yang baru seperti pameran otomotif semacam GIIAS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News