"Hanya satu tahun yang lalu, kami berbagi visi tentang bagaimana AI dapat secara fundamental mengubah organisasi. Hari ini, visi itu bukan hanya kemungkinan—ini adalah kenyataan yang hidup dan kita bangun bersama," ungkap Thomas Kurian, CEO Google Cloud.
Dalam setahun terakhir, Google mengklaim telah melakukan lebih dari 3.000 peningkatan produk sekaligus meningkatkan penggunaan platform Vertex AI hingga dua puluh kali lipat sejak acara Cloud Next sebelumnya. Lebih dari empat juta pengembang kini aktif memanfaatkan keluarga model Gemini untuk membangun solusi AI, dan lebih dari 500 kisah sukses pelanggan telah dipresentasikan sebagai bukti nyata penerapan teknologi tersebut.
Google Cloud mengumumkan strategi multi-praun yang meliputi peluncuran custom silicon khusus untuk inference, optimalisasi model AI untuk aplikasi real-time, dan pemanfaatan infrastruktur jaringan global yang telah terbukti andal.
Salah satu sorotan utama Google Cloud Next 2025 adalah peluncuran TPU Ironwood, generasi ketujuh dari Tensor Processing Unit (TPU) Google yang dirancang khusus untuk proses inference, yaitu penggunaan model AI yang telah terlatih guna menghasilkan output dalam aplikasi nyata. Ironwood TPU hadir dengan konfigurasi hingga 9.216 chip pendingin cair yang terhubung dalam satu pod, memberikan kekuatan komputasi hingga 42,5 exaflops. Ini diklaim mampu menghasilkan performa 24 kali lipat lebih tinggi dari El Capitan. Di samping peningkatan kekuatan komputasi, Ironwood diklaim klaim mencapai performa per watt dua kali lipat dibandingkan pendahulunya dan hampir 30 kali lebih efisien daripada TPU generasi pertama pada tahun 2018.
Google Cloud juga memperkenalkan pembaruan pada portofolio model AI dengan peluncuran Gemini 2.5 Flash. Dirancang sebagai pendamping dari model high-end Gemini 2.5 Pro yang menitikberatkan pada kualitas output dan reasoning kompleks, Gemini 2.5 Flash dioptimalkan untuk aplikasi dengan latensi rendah dan biaya operasional yang lebih efisien.
Model ini dilengkapi dengan konsep "thinking budget" dinamis, yang memungkinkan penyesuaian pemrosesan berdasarkan kompleksitas permintaan. Konsep ini sangat relevan untuk aplikasi yang membutuhkan respons cepat seperti interaksi layanan pelanggan, ringkasan data secara real-time, dan berbagai aplikasi lain di mana kecepatan dan efisiensi sangat vital.
Melalui peluncuran Cloud WAN, Google membuka akses ke jaringan internal global—yang mencakup lebih dari dua juta mil serat optik, menghubungkan 42 wilayah dan lebih dari 200 titik akses—untuk para pelanggan perusahaan. Layanan ini diklaim mampu memberikan kecepatan hingga 40% lebih cepat dibandingkan koneksi internet publik, serta potensi penghematan total biaya hingga 40% jika dibandingkan dengan solusi jaringan yang dikelola secara mandiri.
Dengan jaminan keandalan mencapai 99,99% SLA, Cloud WAN diharapkan tidak hanya meningkatkan konektivitas antar pusat data, tetapi juga menghubungkan lingkungan kantor cabang atau kampus secara lebih optimal. Transformasi infrastruktur jaringan ini merupakan langkah strategis untuk mengubah aset internal menjadi keunggulan kompetitif yang berdampak langsung pada performa dan efisiensi operasional perusahaan.
Melangkah lebih jauh ke ranah otomasi dan integrasi sistem, Google Cloud mengumumkan peluncuran Agent Development Kit (ADK) beserta Protokol Agent2Agent (A2A). ADK merupakan framework open-source yang awalnya didukung oleh bahasa pemrograman Python, yang memungkinkan para pengembang untuk membangun agen AI—baik individu maupun dalam sistem multi-agen—dengan hanya kurang dari 100 baris kode.
Keunggulan ADK terletak pada fleksibilitasnya yang mendukung integrasi alat pihak ketiga dan penyediaan evaluasi bawaan untuk mengukur kinerja agen. Dalam rangka mendukung visi kolaborasi lintas platform, Google mengembangkan protokol A2A sebagai standar terbuka untuk komunikasi aman antar agen, tanpa memandang framework atau vendor asalnya.
Pendekatan ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan silo sistem AI di berbagai departemen dalam perusahaan, sehingga memungkinkan pertukaran informasi dan koordinasi tugas yang lebih efisien. Dengan mendobrak batasan tradisional, strategi ini membuka jalan menuju era "agentic". AI bisa berkolaborasi secara harmonis untuk menyelesaikan tugas-tugas kompleks.
Dalam rangka menjawab kekhawatiran perusahaan terkait keamanan dan manajemen sistem cloud, Google Cloud juga telah mengumumkan langkah strategis melalui akuisisi perusahaan keamanan cloud Wiz dengan nilai transaksi mencapai USD32 miliar. Akuisisi ini bertujuan untuk meningkatkan postur keamanan Google Cloud secara menyeluruh, memberikan jaminan yang lebih kuat bagi perusahaan yang mengadopsi solusi berbasis AI dan cloud.
Dengan portofolio keamanan yang semakin lengkap dan canggih, Google berupaya mengatasi kekhawatiran tradisional tentang keamanan data dan privasi, yang selama ini menjadi salah satu faktor penentu dalam pengambilan keputusan perusahaan besar.
Google berupaya menawarkan solusi terpadu yang dapat meningkatkan efisiensi, mempercepat proses digitalisasi, dan mengurangi biaya operasional secara signifikan. Meskipun tantangan adopsi dan integrasi di lingkungan enterprise masih menjadi batu sandungan, strategi multi-praun yang diusung oleh Google memberikan harapan bahwa era “agentic” tidak hanya akan mengubah cara perusahaan beroperasi, tetapi juga mendobrak batas-batas inovasi dalam dunia teknologi.
Keberhasilan implementasi dari terobosan-terobosan ini nantinya akan sangat bergantung pada kemampuan Google untuk meyakinkan pelaku industri bahwa solusi yang dihadirkannya merupakan investasi strategis jangka panjang guna memenangkan persaingan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News