CEO dari Tesla Motors dan SpaceX tersebut bergabung dengan 116 ahli dari 26 negara dalam membuat surat peringatan yang menyebutkan bahwa penggunaan senjata otonom akan bisa mendorong terjadinya revolusi ketiga dalam peperangan. Belum lama ini, PBB memutuskan untuk memulai diskusi formal tentang penggunaan senjata otonom atau robotik, seperti drone, tank dan senapan otomatis.
"Setelah dikembangkan, senjata otonom yang mematikan akan memungkinkan terjadinya perang dalam skala yang lebih besar dan lebih cepat dari yang bisa manusia mengerti," tertulis dalam surat tersebut, seperti dikutip dari CNET.
"Senjata itu bisa menjadi alat penebar teror, digunakan oleh teroris dan penjahat terhadap masyarakat tak bermasalah dan senjata itu bisa diretas untuk digunakan secara salah. Kita tidak punya waktu lama untuk bertindak. Begitu kotak Pandora ini terbuka, ia akan sulit untuk ditutup."
Penelitian dalam kecerdasan buatan -- sebuah istilah yang biasa digunakan pada mesin, komputer atau sistem yang memiliki kecerdasan layaknya manusia -- tengah menarik perhatian perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook. Salah satu penggunaan AI adalah pada senjata, termasuk pesawat tanpa awak, robot penjaga dan sistem pertahanan misil.
Musk memang optimistis dalam penggunaan teknologi seperti tenaga surya, eksplorasi luar angkasa dan mobil listrik. Namun, dia terus menunjukkan rasa khawatir robot dengan AI akan mengancam eksistensi manusia. Meskipun banyak orang yang bergerak di bidang teknologi percaya AI akan menguntungkan manusia, Musk telah beberapa kali mengungkapkan kekhawatirannya.
Pada 2014, Musk mengungkapkan bahwa dia khawatir AI yang tidak terkendali akan menimbulkan ancaman pada manusia layaknya dalam film The Terminator. Belum lama ini, Musk bahkan sempat beradu dengan CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id