Menurut para ilmuwan, polusi cahaya di wilayah perkotaan sudah sangat tinggi, sehingga membuat langit menjadi sangat terang dan menutupi cahaya bintang. Parahnya, fenomena tersebut terjadi di banyak belahan dunia, dan kondisinya semakin parah.
Menurut penelitian yang bertajuk "The New World Atlas of Artificial Night Sky Brightness" atau pemetaan wilayah untuk polusi cahaya, mengatakan bila setidaknya 60 persen penduduk Eropa dipastikan tidak dapat melihat bintang kembali.
Tidak hanya itu, 80 persen penduduk Amerika Serikat dan Kanada juga dipastikan tidak akan mampu melakukan observasi antariksa dengan mata telanjang.
Penelitian tersebut juga mengatakan, penyebab terhalangnya sinar bintang yang ada di langit ketika malam hari disebabkan oleh "kabut cahaya" dari sumber cahaya buatan seperti lampu. Cahaya yang sangat terang dari permukaan Bumi ternyata bisa membuat langit menjadi lebih terang hingga menutup cahaya bintang.
Dari penelitian tersebut, dikatakan bahwa Singapura memiliki tingkat polusi cahaya paling tinggi sedunia, disusul oleh Marino, Kuwait, Qatar dan Malta. Sedangkan untuk kota dengan tingkat polusi cahaya paling rendah dipegang oleh Chad dan Madagaskar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News