Menurut laporan terbaru, penyesuaian harga tidak hanya terjadi di lini produk premium, tetapi juga pada model entry-level, seiring produsen mencoba menanggulangi lonjakan biaya produksi yang tidak bisa lagi ditanggung sepenuhnya.
Xiaomi, pembuat ponsel dan tablet yang berbasis di Beijing, telah menaikkan harga sejumlah varian tablet pada pekan ini. Penyesuaian harga diberlakukan mulai CNY100 hingga CNY300 per unit untuk model tertentu, dikutip dari laporan South China Morning Post.
Sebagai contoh, Redmi Pad 2 yang dirilis pada Juni 2025 awalnya dibanderol di CNY999 (sekitar Rp2,37 juta) kini dijual dengan harga CNY1.199 (sekitar Rp2,84 juta) untuk varian dasar. Sementara Xiaomi Pad 8 Pro yang diluncurkan pada September memiliki harga baru sekitar CNY4.099 (sekitar Rp9,72 juta), naik CNY200 (sekitar Rp474 ribu) dari harga awalnya.
Honor, merek yang merupakan spin-off dari Huawei Technologies, juga mulai melakukan penyesuaian harga pada lini tablet mereka. Lin Lin, kepala bisnis smart life Honor China, menyatakan bahwa industri yang bertumpu pada komponen RAM dan penyimpanan kini menghadapi tekanan harga yang membuat kenaikan biaya tidak terhindarkan.
Permintaan terhadap komponen memori untuk perangkat konsumen seperti tablet, smartphone, dan PC sangat bergantung pada chip DRAM serta NAND flash. Namun, data dari lembaga riset menunjukkan harga DRAM global meroket antara 40 hingga 60 persen pada kuartal keempat 2025, dengan ekspektasi kenaikan tambahan 15–20 persen pada kuartal pertama 2026.
Kenaikan ini terjadi seiring mayoritas produsen chip memori mengalihkan fokus produksi mereka ke kebutuhan penyimpanan berkapasitas besar untuk aplikasi AI dan pusat data.
Tekanan biaya ini tidak hanya dirasakan oleh produsen tablet. Xiaomi sendiri juga menaikkan harga beberapa model smartphone kelas bawah seperti Redmi K90, dengan strategi memperbaiki portofolio produk dan mendorong kenaikan harga jual rata-rata produk mereka untuk mengimbangi biaya yang meningkat.
Selain itu, media Taiwan melaporkan bahwa merek laptop seperti Acer dan Asus telah sepakat untuk meneruskan kenaikan biaya memori ini ke konsumen, karena tren kenaikan harga diproyeksikan akan berlanjut hingga paruh pertama 2026.
Lembaga lain, TrendForce, juga memperkirakan bahwa lonjakan harga memori akan kembali terjadi pada awal 2026, yang akan memberi tekanan tambahan bagi merek smartphone dan notebook global untuk menyesuaikan harga, mengurangi spesifikasi produk, atau menurunkan target pengiriman.
Berdasarkan proyeksi terbarunya, produksi smartphone global pada 2026 diperkirakan turun sekitar 2 persen dari perkiraan sebelumnya, sementara produksi notebook diproyeksikan turun 2,4 persen, mencerminkan tekanan pasar yang semakin luas akibat cost inflation komponen memori.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News