Semangat yang Microsoft usung menyambut ulang tahun ke-50 perusahaan pada bulan April mendatang, “change needs makers”. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya. Perubahan diciptakan oleh mereka yang berani belajar, berinovasi, beradaptasi, dan mendorong batasan baru.
Sebagai pegawai di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Sulawesi Selatan, Dewi Sartika Salam memiliki peran kunci dalam mengolah dan menerjemahkan data pendidikan menjadi rekomendasi kebijakan yang berdampak luas.
Dengan latar belakang ilmu statistika, ia terbiasa mengolah data kuantitatif dan kualitatif untuk mengidentifikasi tren, mengevaluasi kebijakan, dan memahami kebutuhan pendidikan di wilayahnya, tetapi belum pernah menggunakan AI sebagai alat bantu kerja dalam mengolah data pendidikan skala besar tersebut.
Atas dorongan Kepala BBPMP Sulsel, Imran S.Kom, M.T., Dewi dan rekan-rekannya mengikuti program elevAIte Indonesia, terutama pada sesi pelatihan "Peningkatan Kapasitas Pegawai BBPMP Sulawesi Selatan dengan Teknologi AI Microsoft" yang diperkenalkan melalui salah satu partner program elevAIte, yakni Biji-biji Initiative.
“Awalnya saya hanya ingin belajar karena AI sedang tren, tetapi setelah mengikuti pelatihan, saya melihat bagaimana teknologi ini bukan hanya seperti chat biasa tetapi benar-benar bisa membantu kami bekerja. Kami diberikan pelatihan tentang cara menggunakan AI, seperti prompting dan creating ruang lingkup,” jelas Dewi.
Di sini, ia mengenal Microsoft Copilot, yang memperluas kapasitas analisisnya, termasuk menyaring dan memahami pola menarik dari data lebih cepat. Namun, peran krusial tetap ada pada Dewi – memastikan bahwa insight dan indikator paling berpengaruh yang dihasilkan relevan dengan kondisi dan tantangan pendidikan di lapangan, untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih tepat sasaran.
Selain memperkuat perannya sendiri, Dewi juga melihat potensi besar AI dalam memberdayakan tenaga pendidik dan pegawai negeri lainnya. Ia memiliki semangat tinggi untuk menyebarluaskan ilmu AI kepada rekan-rekan pendidik di satuan pendidikan.
Khususnya di jenjang dasar dan menengah agar dapat digunakan untuk menelaah rapor pendidikan sekolah, memahami kebutuhan sekolah, menunjang pembelajaran dan administrasi sekolah, serta merancang strategi peningkatan kualitas pembelajaran berbasis data; proses kompleks yang dimudahkan dengan AI.
Dewi juga membantu komunitas ibu rumah tangga setempat untuk berinovasi dan berpikir kritis dengan AI, yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk menyelesaikan soal matematika anak-anak mereka dengan lebih cepat.
“Saya senang bisa memperkenalkan AI kepada lebih banyak orang lewat knowledge sharing, terutama mereka yang awalnya merasa teknologi ini sulit. Begitu mereka melihat manfaatnya, mereka jadi lebih terbuka untuk belajar. Lebih banyak orang bisa bergerak dan bersinergi untuk merasakan manfaatnya,” lanjut Dewi.
Dewi percaya bahwa AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas layanan dan mendukung transformasi digital di sektor pendidikan dan pemerintahan.
“AI bukan hanya tentang mempercepat pekerjaan, tetapi juga membuka cara baru dalam berpikir dan berinovasi. Saya berharap semakin banyak pegawai negeri dan pendidik yang bisa memanfaatkan teknologi inklusif ini secara bertanggung jawab. Kita harus tetap belajar mengikuti perkembangan zaman dan tidak boleh tertutup secara pandangan,” pungkas Dewi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News