"Kami melihat kesempatan besar di deep learning dan komunikasi," ujar CEO dan co-founder Alexey Moiseenkov pada The Verge.
"Kami merasa, banyak perusahaan yang memerlukan keahlian di bidang ini. Bahkan Google membeli perusahaan yang bergerak dalam bidang computer vision. Kami bisa membantu perusahaan untuk memasukkan teknologi machine vision dalam aplikasi mereka karena kami mengerti bagaimana cara mengimplementasikan teknologi tersebut."
Untuk mempromosikan layanan ini, Prisma telah meluncurkan situs baru, yaitu prismalabs.ai. Prisma akan menawarkan berbagai tool machine vision seperti segmentasi (memisahkan foreground foto dari background), pemetaan wajah, dan pengenalan objek dan kejadian.
Keahlian Prisma adalah membuat sistem tersebut -- yang biasanya menggunakan jaringan syaraf atau kecerdasan buatan -- untuk berjalan di perangkat dan bukannya di cloud. Hal ini bukanlah hal yang mudah. Namun, jika Prisma bisa menghindari penggunaan cloud, ini bisa membuat aplikasi berjalan lebih cepat, lebih aman dan lebih menghemat baterai ponsel atau tablet.
Filter Prisma sempat menjadi populer tahun lalu, tapi ide ini dengan cepat ditiru oleh berbagai media sosial seperti Facebook. Mungkin inilah yang menjadi alasan Prisma mengubah fokus mereka. Moiseenkov membantah hal ini dan dia berkata, tujuannya bukanlah untuk bersaing dengan perusahaan media sosial yang lebih besar.
"Kami tidak pernah berpikir akan bersaing dengan Facebook -- kami hanya startup kecil dengan budget kecil," ujarnya. Namun, dia berkata, popularistas dari filter-filter Prisma menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk menggunakan teknologi machine vision pada alat/perangkat konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
