Hal tersebut dikarenakan penetrasi printer di Indonesia masih belum menjangkau banyak pengguna. Selain itu, Indonesia masih jauh dari siap untuk menerapkan budaya 100 persen digital tanpa kertas (paperless).
"Indonesia saat ini masih jauh dari budaya paperless, tapi kita semakin mengarah ke budaya less paper. Artinya, printer harus menyesuaikan lagi tren yang sedang berkembang tersebut," ujar Division Manager Canon Consumer System Products, Datascrip, Monica Aryasetiawan.
Tren less paper membuat pasar printer Indonesia kini didominasi oleh pengguna yang ingin memiliki printer dengan biaya cetak murah. Di samping itu, peningkatan kebutuhan di bidang korporasi, terutama UKM, juga sangat mempengaruhi laju permintaan printer dengan biaya cetak murah.
Menariknya, selain kini masyarakat Indonesia lebih menginginkan printer dengan biaya cetak yang murah, mereka juga lebih memilih printer yang memiliki fitur tambahan, terutama koneksi WiFi, meski belum tentu digunakan.
Tren baru ini membuat konsumen Indonesia kini juga cenderung meninggalkan printer kelas pemula yang tidak memiliki fitur tambahan.
Meski demikian, jika dibandingkan mana yang lebih dipilih oleh konsumen Indonesia, apakah biaya cetak murah atau fitur tambahan pada printer, konsumen Indonesia masih mementingkan biaya cetak murah. kecenderungan tersebut juga yang kini menjadi tantangan bagi produsen printer saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id