Menurut laporan bertajuk “The Future of Enterprise AI Agents,” sebanyak 96% dari hampir 1.500 pemimpin TI yang disurvei berencana untuk memperluas penggunaan agen AI dalam 12 bulan ke depan.
Separuh di antaranya bahkan menargetkan ekspansi signifikan di seluruh lini organisasi. Survei yang dilakukan di 14 negara ini menunjukkan momentum adopsi yang sangat cepat. Mayoritas (57%) pemimpin TI melaporkan bahwa mereka sudah menerapkan agen AI dalam dua tahun terakhir, dengan 21% di antaranya baru memulainya dalam satu tahun terakhir.
Di Indonesia sendiri, tingkat adopsi juga sangat tinggi, dengan 79% responden telah mengadopsi AI dalam dua tahun terakhir dan 95% berencana melakukannya dalam 12 bulan mendatang.
Kondisi ini tidak terlepas dari peran AI yang diproyeksikan akan berkontribusi sebesar USD 366 miliar bagi ekonomi Indonesia hingga tahun 2030.
Meskipun antusiasme tinggi, riset ini juga menyoroti adanya hambatan signifikan. Secara global, tiga tantangan utama yang dihadapi perusahaan adalah privasi data (53%), integrasi dengan sistem lama (40%), dan biaya implementasi yang tinggi (39%).
Khusus di Indonesia, tantangan terbesar mencakup kebingungan terkait teknologi (100%), masalah privasi (56%), dan biaya (44%).
Abhas Ricky, Chief Strategy Officer Cloudera, menyatakan bahwa era agen AI telah bergerak melampaui tahap eksperimen.
“Agen AI sudah bergerak lebih dari sekadar eksperimen, mereka kini menghadirkan otomatisasi, efisiensi, dan hasil bisnis yang nyata. Kami melihat perusahaan menjalankan ratusan model dalam produksi, semuanya menuntut data dengan ketelitian tinggi dan dikelola dengan baik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,” ujar Ricky.
“Pada tahun 2025, agen AI akan menjadi pusat perhatian, membangun momentum dari AI generatif namun dengan dampak operasional yang lebih besar,” tambahnya.
Penerapan agen AI bervariasi di setiap industri. Di sektor keuangan global, kasus penggunaan teratas adalah deteksi penipuan (56%). Sementara di manufaktur, fokusnya adalah otomatisasi proses (49%).
Di Indonesia, sektor retail dan e-commerce menjadi yang paling agresif, dengan 100% responden mengidentifikasi optimalisasi harga dan pemantauan rantai pasokan sebagai prioritas utama mereka.
Laporan ini menyimpulkan bahwa di balik semua tantangan, kebutuhan akan manajemen dan tata kelola data yang kuat dan terpadu menjadi kunci untuk membuka potensi penuh agen AI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News