Logo Ubisoft dan fitur mikrotransaksi di dalam game Assassin's Creed Odyssey.
Logo Ubisoft dan fitur mikrotransaksi di dalam game Assassin's Creed Odyssey.

Bikin Kontroversi, Ubisoft Klaim Mikrotransaksi Bikin Game Lebih Menyenangkan

Cahyandaru Kuncorojati • 28 Juli 2025 12:10
Jakarta: Ubisoft, salah satu publisher game terbesar di dunia, baru-baru ini memicu perdebatan sengit di kalangan komunitas gamer. 
 
Dalam laporan keuangan tahunan terbarunya, perusahaan asal Prancis tersebut membuat sebuah klaim kontroversial yang menyatakan bahwa model monetisasi dalam game, seperti mikrotransaksi, dapat membuat pengalaman bermain menjadi "lebih menyenangkan" (more fun).
 
Pernyataan ini sontak menjadi sorotan utama di berbagai media game dan forum diskusi, di mana banyak pemain merasa klaim tersebut bertentangan dengan pengalaman mereka. 

Di tengah kritik yang terus-menerus terhadap praktik live service dan monetisasi agresif, pernyataan Ubisoft ini dianggap sebagai langkah yang semakin menjauhkan diri dari sentimen para pemain setianya.
 

Apa Itu Mikrotransaksi dalam Game?

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami apa itu mikrotransaksi. Secara sederhana, mikrotransaksi adalah pembelian item atau layanan virtual menggunakan uang sungguhan yang dilakukan di dalam sebuah game. 
 
Bentuknya bisa sangat beragam, mulai dari item kosmetik yang hanya mengubah penampilan karakter (seperti kostum atau skin senjata), hingga item yang dapat mempercepat progres permainan (time-savers) atau bahkan memberikan keuntungan kompetitif (pay-to-win). Praktik inilah yang sering menjadi sumber perdebatan di industri game.
 
Seperti yang dikutip dari situs Windows Central dan media lainnya, klaim kontroversial Ubisoft muncul dalam bagian laporan keuangan yang membahas strategi jangka panjang perusahaan.
 
Dokumen tersebut menjelaskan visi Ubisoft untuk mengubah model bisnisnya, beralih dari penjualan game premium yang dibeli sekali, menjadi sebuah pengalaman yang "selalu aktif" (always-on) dan terus berkelanjutan.
 
Dalam laporannya, Ubisoft menyatakan: "Model bisnis kami beralih dari yang berfokus pada penjualan game unit tunggal menjadi model yang berfokus pada penjualan aliran pengalaman yang berkelanjutan,” tulis pihak Ubisoft.
 
“Model baru ini memungkinkan kami untuk memonetisasi pemain secara berulang sepanjang siklus hidup mereka dalam sebuah franchise, yang secara signifikan meningkatkan nilai setiap pemain,” lanjutnya.
 
Berdasarkan model ini, Ubisoft berargumen bahwa dengan menawarkan lebih banyak konten dan pilihan melalui monetisasi, pengalaman bermain secara keseluruhan menjadi lebih kaya dan menyenangkan bagi para pemain.
 
Reaksi dari para gamer tidak butuh waktu lama untuk membanjiri media sosial. Banyak yang menuding Ubisoft mengabaikan kritik selama bertahun-tahun mengenai bagaimana mikrotransaksi seringkali justru merusak pengalaman bermain. 
 
Praktik seperti menjual item peningkat kekuatan, kosmetik dengan harga terlalu mahal, atau bahkan sengaja membuat progres game menjadi lambat (grindy) agar pemain terdorong untuk membayar, dianggap sebagai taktik yang eksploitatif.
 
Kritik ini semakin tajam mengingat rekam jejak Ubisoft sendiri. Game-game seperti Assassin's Creed, The Division, dan yang lebih baru seperti XDefiant serta The Crew Motorfest seringkali dikritik karena memasukkan toko dalam game yang dianggap agresif oleh sebagian pemain. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan