Dalam laga grand final ini, ada 8 tim yang akan bertanding mewakili 8 negara. Boom.ID (Indonesia), Signify (India), Geek Fam (Malaysia), Alpha Red (Thailand), Azure eSport (Hong Kong), Ten Twenty (Singapura), Quod Pro Quo (Filipina), dan We Say No! (Sri Lanka).
Turnamen yang akan memperebutkan total hadiah USD150.000 (Rp2 miliar) dan game DOTA 2 tersebut menjadi ajang esport internasional pertama Acer. Meskipun terlambat, President Acer APAC Andrew Hou menuturkan bahwa responsnya sangat bagus.
"Kami mengakui bahwa kami sedikit terlambat dalam terjun ke industri gaming, tapi momennya masih sangat pas. Kehadiran kami juga sangat penting untuk memeprkuat ekosistem esport di kawasan Asia Pasifik," ungkap Andrew.
Tidak menyebutkan angka secara detil, Andrew mengatakan bisnis Acer bertumbuh 20 persen tahun lalu lewat kontribusi industri perangkat gaming. Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah ajang pertama Acer ini disebut berasal dari niat keras Presiden Direktrur Acer Indonesia Herbert Ang.
Saat ditanya alasannya mengusung game DOTA 2 dalam ajang pertama mereka, Andrew menyebutkan hal ini berdasarkan pertimbangan game yang paling populer di region Asia Pasifik.
"Tahun depan kemungkinan besar kami akan mengusung 2 judul game yang dijadikan turnamen, kita lihat nanti game apa. Di 2019 Acer berenca melanjutkan turnamen Predator League tapi dengan jumlah negara peserta lebih banyak, dan Thailand akan menjadi tuan rumah Acer Predator League 2019," beber Andrew.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News