Perubahan regulasi tersebut membuat developer game lokal serta game dari luar yang ingin dirilis di Tiongkok tertunda. Padahal, Tiongkok adalah pasar besar bagi industri game di dunia. Ini juga membuat perusahaan seperti Tencent ikut merugi.
South China Morning Post menyebut kabar kali ini akan menjadi angin segar bagi industri game Tiongkok yang ikut hiatus dan ambruk seperti yang dialami oleh saham Tencent. Tetap saja hal ini meninggalkan pekerjaan rumah bagi pemerintah Tiongkok, karena masih ada banyak game yang menunggu lolos uji sensor.
Dijelaskan bahwa regulasi dan kode etik yang dibuat pemerintah terhadap game mengharuskan bahwa game harus sesuai dengan pandangan dari Partai Komunis Tiongkok. Melanggar berarti harus mengikhlaskan game tersebut dilarang beredar.
"Jajaran pertama game yang harus diulas sudah selesai. Kami akan segera merilis lisensinya," ungkap perwakilan departemen propaganda dari Partai Komunis Tiongkok, Feng Shixin.
"Sekarang ada banyak sekali daftar game yang harus diulas dan diuji sensor terlebih dahulu, jadi kami harap bisa bersabar," imbuhnya.
Meskipun demikian, disebutkan bahwa pembuatan regulasi baru oleh pemerintah Tiongkok bukan terkait dengan ideologi partai berkuasa, melainkan tentang adiksi game online, konten berbahaya bagi anak dan semakin banyaknya kasus rabun jauh pada gamer di Tiongkok.
"Minat dan permintaan terhadap game di Tiongkok tidak berkurang selama pemerintah melakukan hiatus untuk membuat regulasi baru namun gamer di Tiongkok akan sangat senang apabila ada game baru yang juga sudah bisa diluncurkan di negaranya," tutur pengaman industri game firma Niko Partner, Lisa Hanson.
Dia menjelaskan bahwa tahap awal akan ditujukan khusus untuk game buatan developer lokal dan beberapa minggu kemudian baru ditujukan untuk game dari luar Tiongkok. Hal tersebut akan cukup mengganggu jadwal rilis yang sejak awal sudah direncanakan oleh developer game.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News