Dikutip dari The Nerd Mag, perempuan berusia 58 tahun bernama Bethsaida Lopez yang sejak tahun 2016 beberapa kali mencalonkan diri namun gagal, minggu lalu menyerahkan dokumen pendaftarannya. Dia memberikan janji kampanye akan memblokir dua game tersebut ke depannya.
Menurutnya, DOTA 2 dan Clash of Clans adalah game yang mempertontonkan kekerasan dan mendorong pemainnya terutama kalangan muda untuk malas mengejar target menyelesaikan pendidikannya. Namun, bukan berarti dia membenci game.
"Rencana saya adalah menggantinya dengan game edukatif. Misalnya game terkait ilmu sosial, jadi saya memanggil seluruh programmer di negara ini untuk menciptakan konten yang lebih baik dan banyak lagi," ungkap Lopez.
WATCH: Bethsaida Lopez, who claims to be a street educator, files candidacy for Senate in 2019 elections. She wants to ban video games Clash of Clans and DOTA because "makakasira ito sa mga kabataan." #Eleksyon2019 | @llanescajourno pic.twitter.com/ZZs2TaigDO
— GMA News (@gmanews) October 17, 2018
"Mereka yang menghabiskan waktu semalaman di warnet)tidak hanya bermain, tapi juga mempelajari beragam pelajaran," imbuhnya. Meskipun terdengar opininya merupakan niatan baik, tapi industri esport di Filipina tumbuh sangat pesat.
Baik DOTA 2 maupun Clash of Clans sudah menjadi salah satu game kelas internasional. Di Asian Games 2018, game Clash Royale masuk sebagai game yang dimainkan pada eksibisi esport antar negara.
Filipina juga memiliki beberapa tim esport ternama, TNC Esports dan Mineski, yang gaungnya cukup kencang hingga internasional termasuk Indonesia. Bahkan kafe internet High Grounds di Jakarta juga masih berafiliasi dengan bisnis esport Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id