Ia mencoba melihat data dirinya di game FIFA 17 dan FIFA 18 milik EA. Dikutip dari Eurogamer, Michael baru menyadari bahwa uang yang dihabiskan untuk kedua game tersebut selama dua tahun terbilang sangat besar, serta tidak setimpal dengan permainan yang dia dapatkan.
Dalam berkas lebih dari 100 halaman yang dikirim EA kepadanya lewat email, tercatat bahwa Michael sudah menghabiskan uang lebih dari USD10.000 atau setara Rp144 juta. Sementara catatan permainannya di game tidak terlalu bagus.
Seperti yang pernah diperdebatkan, game FIFA garapan EA memberlakukan sistem loot box. Anda bisa menggunakan uang asli dalam membeli FIFA Coins untuk membeli konten di dalam game, salah satunya adalah FIFA Ultimate Team.
Michael menuturkan, dia sering menggunakan FIFA Ultimate Team card pack untuk mendapatkan bintang pemain sepak bola terbaik di dalam game secara acak. Jadi sistem loot box di fitur FIFA Ultimate Team card pack terdengar seperti judi.
Metode semacam ini kerap dikenal sebagai pay-to-win. Semakin banyak uang yang dihabiskan untuk game, maka pemain dijanjikan mendapatkan fitur atau konten lebih baik.
Padahal, sebuah game harusnya menjadi ajang kompetisi kemampuan atau skill, bukan berapa banyak uang yang berani dihabiskan. Michael mengakui bahwa dia akan lebih berhemat saat memainkan game FIFA selanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News