Dikutip dari Gamespot, hari ini CEO EA, Andrew Wilson menyampaikan hal ini lewat situs resmi mereka. Tidak ada penjelasan spesifik atas langkah yang mengejutkan ini, dia menyatakan ini adalah bagian dari cara perusahaan menjawab tantangan dan peluang selanjutnya.
"Setelah kami melihat perubahan dunia di sekitar kami, sudah jelas bahwa kami harus ikut berubah bersamanya. Kami mengambil gerakan berani untuk bisa memenuhi komitmen kami, menyempurnakan organisasi kami, dan memenuhi keinginan para pemain," tulisnya.
Wilson menyebut langkah merumahkan karyawannya dilakukan pada bagian pemasaran dan publikasi, tim operasional khususnya di negara Jepang dan Rusia. Perampingan di dua negara tersebut diklaim Wilson sebagai cara untuk beradaptasi dengan pasar tersebut.
Di paragraf terakhir pernyataannya, dia menyebut bahwa 350 pekerjan akan dirumahkan dari total 9.000 pekerja yang selama ini bernaung di bahwa EA. Angka tersebut mewakili empat persen dari jumlah pekerja. Jelas angka ini sangat mengejutkan.
Hingga saat ini belum ada pernyataan terbaru yang diberikan EA. Beberapa pihak di industri game memprediksi bahwa tahun ini sudah harus ada serikat pekerja industri game.
Badan serikat pekerja di Amerika Serikat yaitu AFL-CIO di tahun 2015 pernah melayangkan surat terbuka kepada industri game. Mereka menganjurkan agar seluruh pekerja di industri tersebut bersatu menciptakan serikat pekerja di bidangnya.
Tahun lalu, studio Telltale Games menyatakan perusahaannya tutup dalam satu hari dan merumahkan seluruh pekerjanya. Game yang belum selesai digarap akhirnya dilimpahkan ke studio lain, di antaranya seri game Walking Dead, Game of Thrones, dan Batman.
Terakhir adalah Activision Blizzard di Februari kemarin. Perusahaan tersebut merumahkan delapan persen dari total pekerjanya, tepatnya sekitar 800 pekerjanya. Pihak perusahaan menyebut hal ini dilakukan karena pekerja tidak bisa memenuhi target dan akan berimbas ke pendapatan perusahaan di 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News