Lokasi kompetisi DOTA 2 dari IESF World Championship 2019 di Seoul, Korea Selatan.
Lokasi kompetisi DOTA 2 dari IESF World Championship 2019 di Seoul, Korea Selatan.

Cerita Atlet DOTA 2 Rusia Soal IESF World Championship 2019

Cahyandaru Kuncorojati • 17 Desember 2019 10:32
Jakarta: Alexander "Nix" Levin yang merupakan satu anggota tim DOTA 2 perwakilan Rusia di IESF World Championship 2019 menyebut kompetisi esports ini adalah yang terburuk. Kompetisi internasional yang digelar International Esports Federation ini dinilai gagal.
 
Dalam wawancara oleh forum DOTA 2, Levin menyebut kompetisi yang berlangsung di Seoul, Korea Selatan, yang dianggap sebagai pusat lahirnya esports justru mengalami banyak masalah, mulai dari koneksi internet hingga fasilitas PC gaming.
 
"Tidak ada yang mendampingi kami. Kami berlima di sini sendiri. Kami berjalan mencari-cari dan akhirnya menemukan warnet ini. Tidak ada yang bisa berbahasa Inggris maupun Rusia," ungkap Levin melalui akun Instagram Storiesmiliknya, dikutip dari AFKGaming.

Levin menyebutkan tim event organizer hampir sama sekali tidak membantu. Mulai dari transportasi menuju lokasi dan di hari kedua timnya harus mencari makanan sendiri. Kondisi di lokasi kompetisi justru lebih buruk.
 
"Monitor (refresh rate) 50hz, prosesor jenis Pentium, dan kartu grafis murah yang bisa dibeli tiga sekaligus di AliExpress," ungkapnya di Instagram Stories. Lebih menyedihkannya, Levin memperlihatkan bahwa tidak ada ruang yang luas dan nyaman untuk mousepad di sebelah keyboard.
 
Refresh rate tersebut hanya ditemukan pada monitor lawas. Dia juga mengeluhkan semua antarmuka di perangkat hanya tersedia dalam bahasa Korea. Artinya, pesrta kompetisi juga harus mengerjakan hal teknis.
 
"Di meja, tidak ada ruang untuk menaruh mousepad. Saya bersumpah ini adalah turnamen terburuk yang pernah saya lihat. Ini tidak bisa digambarkan dengan kata-kata," ucapnya.
 
Jadi seluruh PC untuk bertanding ditaruh di bilik khas warnet yang sempit. Tidak hanya perangkat yang membuat Levin miris juga tidak adanya client untuk game DOTA 2 sehingga setiap pemain dari berbagai negara harus mengunduhnya terlebih dahulu.
 
Meskipun Korea Selatan diklaim punya internet tercepat di dunia kenyataannya proses unduh client game DOTA 2 yang hanya 1,4MB butuh waktu lama. Levin menyebut proses unduh baru dua persen saat waktu sudah berlalu 10 menit.
 
Proses unduh game DOTA 2 akhirnya selesai setelah tiga jam. Tim Rusia menang tapi mereka sudah lelah duluan. Levin melaporkan layar sempat freeze hingga beberapa detik. Beberapa pemain mengalami game crash di beberapa perangkat dan harus menunggu perbaikan hingga 15 menit.
 
Levin bersama timnya sepakat untuk mencoba dengan sengaja membuat tim mereka di diskualifikasi demi meninggalkan kompetisi yang kacau ini. Namun, penyelenggara sempat berhasil mencegahnya hingga akhirnya, Federasi Esports Rusia menyatakan perwakilan mereka mundur dari kompetisi.
 
Kami sudah menghubungi pihak IESF untuk insiden ini. Sampai saat ini mereka belum memberikan tanggapan.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan