Dua pihak yang berpengaruh besar dalam perannya sebagai pengawas dan pengarah anak-anak adalah sekolah dan orang tua. Untungnya, di tahun 2024 ini, banyak sekolah sebenarnya sudah menyadari bahwa game dan esports bisa memberikan dampak yang positif jika memang diarahkan dan diberikan ruang yang sehat.
"Dampak positif dari adanya esports untuk kebutuhan siswa menjadikan siswa belajar untuk caranya bekerja sama antar teman satu timnya. Mereka juga belajar untuk berpikir cepat dalam menentukan tindakan di dalam kehidupan sehari-hari," kata Rhizal Aldiyan (RA), S.Pd, Guru Geografi, sekaligus Pembina Esports dari SMA Negeri 1 Cicalengka, dikutip dari RRQ MABAR.
"Hal ini saya lihat langsung ketika mereka bertanding di RRQ MABAR. Mulai sebelum tanding ketika latihan, saat tanding, hingga proses review hasil pertandingan. Ada banyak aspek pembangunan karakter yang terjadi."
Tentunya, sekolah dan guru tidak akan mungkin mengambil peran seutuhnya dalam pengembangan dan pendidikan anak, tanpa campur tangan orang tua. Pembagian peran antara orang tua dan siswa lebih pada pengaturan dan pengawasan perihal waktu anak-anak.
Dengan demikian, permainan mereka tidak sampai mengganggu kehidupan sosial dan waktu pembelajaran di sekolah. Soalnya, tidak dipungkiri, esports juga menjadi lahan ekspresi dan prestasi untuk anak-anak saat ini.
"Dengan membantu mereka mengembangkan diri dan berekspresi di esports, mereka justru semakin bersemangat juga di sekolah," lanjutnya.
Menurut Rhizal, orang tua dan sekolah perlu membantu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan esports. Hal ini cukup dengan memberikan izin mereka bermain, tentunya dengan diikuti komitmen aturan tertentu. Sehingga tugas siswa sebagai pelajar tidak ditinggalkan.
Cara lainnya adalah dengan membantu mereka terlibat dalam kompetisi-kompetisi esports. Targetnya tidak harus selalu menang. Tapi bisa fokus pada pengembangan skill pelajar. Ini akan sangat bermanfaat bagi mereka di kemudian hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News