Diketahui cabor esports di PON XX Papua 2021 beberapa waktu lalu membuka pendaftaran untuk umum sehingga bisa digelar kualifikasi dan dikumpulkan atlet sekaligus tim esports terbaik dari seluruh penjuru Indonesia. Hal menarik di event ini adalah ternyata ada atlet termuda yang usianya baru 13 tahun.
Dikutip dari Media Indonesia, remaja bernama Muhammad Rafli Setiawan menjadi atlet esports termuda di PON XX Papua 2021. Dia menjadi bagian dari kontingen DKI Jakarta untuk game Free Fire.
Kecintaannya terhadap game Free Fire tumbuh saat dia mulai berkenalan dengan game ini di usia 11 tahun saat masih duduk di bangku sekolah dasar dan mengaku kini dirinya sudah mendapatkan restu dari orang tua untuk berlaga di PON XX Papua 2021.
Rafli mengaku mengenal game Free Fire dari temannya dan di tahun 2019 sudah mulai aktif membentuk tim esports bernama Basreng yang kerap mengikutip turnamen offline tingkat komunitas.
“Saya pernah melihat YouTuber menjadi rusher, setelah itu saya cara tahu mainnya, saya latihan akhirnya saya suka. Di situ mulai atur strategi cara jadi rusher bagaimana, habis itu saya sudah mulai paham cara jadi rusher, akhirnya sampai saat ini masih jadi rusher,” ujarnya dalam sebuah sesi wawancara.
Di ranah esports terutama event ini justru Rafli mengaku tidak merasakan diskriminasi. Kemampuannya yang diklaim bisa sepadan dengan temannya di usia yang lebih dewasa justru membuatnya menerima banyak dukungan. Hal ini juga disebut Raflie sebagai hasil jerih payah atas latihan hingga delapan jam setiap hari.
“Enggak disepelein, mereka kasih tahu aku kalau salah bagaimana. Kalau ada kesalahan-kesalahan pas main turnamen dievaluasi. Senang bisa sampai sini bisa mewakili DKI Jakarta, latihan enggak sia-sia,” ungkap Rafli yang kini menjadi siswa di SMP Negeri 181 Jakarta Pusat.
Rafli mengaku bahwa di awal kecintaannya terhadap game mobile dirinya kerap ditegur oleh orang tua. Baru ketika pihak resmi PBESI DKI Jakarta memberikan dukungan dan informasi maka orang tua Rafli memberikan restu kepadanya.
"Orang tua sih pertama marahin mulu, soalnya main game males-malesan, makan telat. Nah, kemarin pas tahu esport mewakili DKI Jakarta pertamanya enggak tahu apa itu esport, terus dijelasin sama official DKI, akhirnya diizinin buat mewakili DKI Jakarta."
Beruntung Rafli sudah menyadari betapa sulitnya meniti karir di industri esports pada usia muda. Dia mengaku bahwa tetap ingin mengejar cita-cita bertanding di turnamen esports internasional tanpa meninggalkan pendidikannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News