Orang yang mengalami permasalahan di atas biasanya berusia lanjut.
Gigi tiruan dapat digunakan untuk menggantikan gigi yang telah rusak, serta menjaga kondisi kesehatan gusi, rahang, dan mulut agar tidak menimbulkan dampak negatif, seperti penurunan kondisi fisik karena nafsu makan yang berkurang.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Namun, masih ada anggapan bahwa menggunakan gigi tiruan merepotkan.
"Masih banyak yang menganggap menggunakan gigi tiruan sebagai sebuah kendala karena tidak boleh makan sembarangan agar gigi tidak goyang. Padahal, gigi tiruan dapat menunjang kesehatan dan rasa percaya diri," ucap pakar kesehatan gigi dan mulut Laura Zaizavonna.
Selain dianggap menyusahkan, banyak orang malas menggunakan gigi tiruan dengan alasan takut mengalami bau mulut. Hal ini, kata Laura, bisa diatasi dengan penggunaan perekat gigi tiruan yang mengandung peppermint.
Umumnya, perekat gigi tiruan memiliki ketahanan daya rekat selama 8-12 jam, bergantung pada frekuensi aktivitas yang dilakukan pengguna gigi tiruan.
Prosedur Menggunakan Gigi Tiruan
Memasang gigi tiruan tidak bisa sembarangan. Ada beberapa tata cara yang harus dipatuhi agar tidak timbul gangguan kesehatan gigi dan mulut pada kemudian hari.
Sebelum dipasang gigi tiruan, pastikan tidak ada lagi sisa gigi yang bersarang di akar. Gigi yang bermasalah sebaiknya dicabut terlebih dahulu. Sebab jika tidak, bisa menjadi sarang bakteri yang menyebabkan berbagai macam masalah mulut.
Agar gigi tiruan tetap awet, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
Pada malam hari, gigi tiruan harus dilepas dan direndam dalam air hangat. Ambil gigi jika ingin digunakan kembali. Jika hal tersebut tidak dilakukan, gigi tiruan bisa mengering dan mengerut. Selain itu, hindari makanan yang terlalu keras untuk menjaga kekuatan gigi tiruan.
Tak kalah penting, kebersihan rongga mulut harus diperhatikan agar gigi tiruan awet. Jika kebersihan selalu dijaga, gigi tiruan umumnya bisa bertahan hingga lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News(DEV)