Berita tentang informasi Ramadan 2024 terkini dan terlengkap

ILUSTRASI: Presiden SBY (kanan) menerima
ILUSTRASI: Presiden SBY (kanan) menerima "Sungkeman" dari Ibu Ani Yudhoyono saat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/8/2011)/ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf.

Ani Yudhoyono Santap Sahur di Lorong Istana

Sobih AW Adnan • 01 Juni 2019 15:29
Jakarta: Menjadi Ibu Negara tidak melulu menyenangkan. Merasa serba dipantau, harus selalu tampak formal. Maka, cukup wajar, jika sesekali sering diserang rasa kangen untuk tampil suka-suka dan apa adanya.
 
Begitulah kira-kira curahan hati seorang Kristiani Herrawati atau karib disapa Ani Yudhoyono dalam Ani Yudhoyono: 10 Tahun Perjalanan Hati (2018). Dalam buku itu, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut jugamengisahkan pengalaman menjalani ibadah puasa di istana.
 
"Kami mulai tinggal di Istana Merdeka pada Ramadan 2004 yang jatuh pada bulan Oktober. Hari-hari di sana sungguh sebuah kisah yang mengesankan sekaligus menggelikan," tulis Ani, dibantu penulis Alberthiene Endah.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Untuk sekadar santap sahur, lanjut Ani, seorang Presiden dan Ibu Negara harus sudah siap sebelum pukul tiga dini hari. Tidak sesantai bersantap sahur di rumah sendiri, di istana, semuanya mesti dilakukan dengan penjadwalan formal dan berpakaian rapi.
 
Baca: Ani Yudhoyono Meninggal
 
"Kami harus berjalan cukup jauh melintasi ruang resepsi, hall yang sangat besar itu... Setelah kami berjalan dan mengangguk ke beberapa arah di mana ada staf rumah tangga berdiri, barulah kami sampai di ruang makan," kisah Ani.
 
Mendobrak ketegangan
 
Sejak hari pertama di istana, Ani dan SBY sebenarnya sudah merasakan kurang leluasa. Kehangatan dan hiruk pikuk puasa yang dijalani tahun-tahun sebelumnya di rumah sendiri, amat dirindukan.
 
"Saya menatap SBY. Ia juga sedang menatap saya. Ia tersenyum. Seolah hendak mengalirkan pesan, 'Nikmati saja kondisi ini, kita akan terbiasa," tulis Ani.
 
Perkaranya, kata Ani, bukan cuma hal formal yang membuatnya terasa kaku. Sajian menu yang dihidangkan pun belum begitu cocok dengan lidah dia dan suami tercintanya. Tradisi keluarga menyajikan masakan hangat-hangat, agak jarang ditemukan dari dapur istana.
 
Dengan pikiran positif, Ani menganggap bahwa makanan yang cenderung dingin itu hadir akibat persiapan staf rumah tangga yang sudah terlalu lama. Namun, kerinduan terhadap kesehariannya yang hangat dan apa adanya kian tak terbendung saja.
 
"Tidak bisakah kita merasakan masakan sahur yang lebih privat, Po? Setidaknya, kita tidak perlu tegang dan berpakaian terlalu formal. Saya mungkin cukup mengenakan pakaian kasual dan sandal selop," Pepo, panggilan sayang Ani kepada SBY.
 
SBY mengangguk. Ia coba memenuhi permintaan istri tercintanya dengan mengajukan saran agar pegawai istana menyiapkan ruang makan dadakan di lorong istana dekat kamar, paling tidak, untuk selama Ramadan.
 
"Kami akhirnya bisa sahur di lorong panjang dan tidak terlalu lebar itu. Sedikit memberi kelegaan. Setidaknya, saya tak perlu lagi melintasi ruang resepsi yang luas, dan berjalan di bawah tatapan petugas," tulis Ani.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(SBH)
LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif