Fenomena menyusutnya penumpang bus AKAP lama menghantui pengusaha otobus. Mereka melakukan berbagai inovasi layanan, investasi bus baru serta variasi rutenya untuk memperbaiki keadaan dan mencari pelanggan baru, seperti dilakukan anggota Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI).
“Alhamdulillah teman-teman berkomitmen selalu berinovasi dan memperbaiki pelayanan di tengah kondisi yang sulit, baik dari sisi minat masyarakat maupun dukungan pemerintah,” kata Ketum IPOMI, Kurnia Lesani Adnan, melalui surat elektronik, Kamis (29/6/2017).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baca juga: Penumpang Berkurang, Otobus Harus Inovatif
Walau kalah pamor dibanding penerbangan low cost carrier dan mobil murah, bus AKAP tetap bagian penting dari pembangunan nasional. Melalui bus AKAP warga di kota-kota kecil mendapatkan akses terhubung dengan kota-kota lain untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi dan lain sebagainya.
Selain pengusaha otobus yang terus berusaha maksimal, unsur pemerintah yang harus turun tangan mencegah terputusnya akses transportasi penting itu. Salah satunya adalah serius memperbaiki menajemen terminal bus sehingga pengelolaannya lebih profesional dan akuntabel.
"Jujur saja, seperti apa sih citra terminal bus di masyarakat? Jauh di bawah bandara, pelabuhan dan stasiun kan? Di bandara ada Angkasa Pura, pelabuhan ada ASDP di stasiun ada PT KAI. Semua BUMN profesional dengan SDM yang kompeten. Lalu di terminal bus bagaimana?" papar Sani.
Baca juga: Terminal Bus Rasa Bandara
Terminal bus yang bersih, nyaman, aman dan berada di lokasi mudah dijangkau adalah faktor penting menarik penumpang. Bahkan bisa menghilangkan terminal bayangan yang menjadi penyebab kemacetan.
Dia berharap ada lebih banyak lagi terminal bus baru seperti Pulogebang di Jakarta Timur dan diremajakan seperti Tirtonadi di Surakarta. Tidak cukup hanya itu, tetapi juga kesungguhan dan konsistensi pengelolaan terminal bus secara profesional bisa berkelanjutan agar investasi pemerintah tidak sia-sia.
Tidak sedikit terminal bus yang awalnya rapi menjadi semrawut akibat buruknya pengelolaan. "Lalu siapa seharusnya melakukan inovasi mengelola terminal bus? Itu porsi pemerintah yang seharusnya mengelola terminal?” sambung Sani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News (LHE)