Meski berada di dalam hutan, tak membuat perpustakaan ini sepi dari pengunjung. Rimbunnya pepohonan disertai bunyi air sungai yang mengalir menjadikan perpustakaan Liyuan tempat favorit para kutu buku. Akhirnya banyak yang betah baca-baca di sana.
Perpustakaan dirancang Li Xiaodong pada 2012 lalu. Luas bangunannya pun cuma 170 meter persegi, tergolong mini untuk sebuah perpustakaan. Tetapi dinding-dindingnya yang berupa ayaman ranting, membuatnya jadi ciamik.

Titian kayu yang melintasi riam kecil ini merupakan spot berfoto keluarga yang asyik. AFP Photo/Fred Dufour
Perpustaaan dibangun di atas sungai, bahan bangunan yang digunakan berupa kayu. Semua bahan material yang digunakan recyclable. Sistem penyejuknya memanfaatkan hawa udara dingin yang berasal dari danau.
Sebelum mencapai gedung utama, para pengunjung terlebih dahulu akan melewati sebuah jembatan kecil dari kayu. Sepanjang perjalanan mata akan dimanjakan dengan pemandangan bukit yang menawan.

Meski betah, pengunjung tak boleh berlama-lama membaca di sana. Harus gantian sebab banyak yang juga ingin menikmati suasana di perpustaan yang nyaman di tengah hutan. AFP Photo/Fred Dufour
Namun, untuk membaca di perpustakaan ini pengunjung ternyata harus mengantri. Ya gara-gara ukurannya yang mini dan kontruksinya. Sebagaimana ditulis archdaily, Perpustakaan Liyuan hanya dapat dimasuki tidak lebih dari 40 orang sekaligus.
Meski jauh dan tidak ada cafe, pengunjung rela antri untuk masuk ke dalam Perpustakaan Liyuan. Karena selain bisa membaca, Liyuan juga menjadi spot yang menarik untuk dijadikan tempat berfoto, kendati akhirnya manajemen melarang pengambilan foto di dalam gedung.
Bayangkan saja bila ada pasangan calon pengantin yang berfoto prewedding di sana. Bisa seharian pengunjung lainnya harus mengantri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News