"Risha itu salah satu metode yang sudah teruji tahan gempanya, bila masyarakat menghendaki Rika atau rumah konvensional silakan. Pembangunannya etap akan didampingi tim Kementerian PUPR yang terlatih," ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis.
Risha dan Rika yang Basuki maksud adalah akronim dari Rumah Instan Sehat Anti-gempa dan Rumah Instan Kayu Anti-gempa. Sedangkan khusus bagi rumah konvensional, ada teknologi Riko (Rumah Instan Konvensional) yang proses perakitannya secara gotong-royong oleh warga akan didampingi oleh tim insinyur dari Kementerian PUPR.
"Untuk pembangunan rumah yang tengah dibangun di NTB yakni 99 Risha ada 99, 14 unit Rika dan 97 unit Riko. Selain itu 43 unit percontohan dengan konstruksi Risha," papar Basuki.

Pekerjaan pembuatan panel beton pracetak RISHA di salah satu bengkel. Untuk setiap satu rumah, diperlukan 138 panel. Antara Foto/Ahmad Subaidi
Agar prosesnya selesai lebih cepat, telah dibuka lima bengkel memproduksi panel beton Risha dalam skala besar. Tiga bengkel diantaranya dibuka oleh PT Waskita Karya (Praya, Lombok Tengah), PT Wijaya Karya (Labu Api, Lombok Barat) dan PT Hutama Karya (Lombok Barat).
Dua bengkel lagi adalah UMKM Purwoko (Lombok Barat) dan Iskandar (Lombok Timur). "Target produksi 800 panel Risha per hari per bengkel," sambung Basuki.
Pengungsi korban gempa berharap bisa lebih banyak panel betom diproduksi per hari. Sehingga semakin cepat rumah-rumah yang rusak dapat dibangun kembal, terlebih musim penghujan sudah mulai tiba yang bisa berpengaruh terhadap proses pengeringan panel beton.
"Kemarin kendalanya cetakan panel yang terbatas. Semoga satu bulan ini semua bisa tuntas," harap Ketua Pokmas Bersatu Kelurahan Bertais, Cakranegara, Mataram, Lalu Mandraguna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News