Menurut data dan analisis konsultan real estate global JLL, investasi properti di Asia Pasifik turun menjadi USD21,3 miliar atau setara Rp327 triliun pada kuartal III-2023. Penurunan terjadi seiring berlanjutnya kontraksi tajam pada volume investasi di sektor perkantoran dan ritel, sementara sektor industri & logistik dan sektor hunian & multifamily tetap tangguh.
CEO Asia Pacific Capital Markets JLL Stuart Crow mengatakan meski gagasan untuk kembali bekerja di kantor terus menguat dan tingkat hunian yang rendah di banyak pasar, para investor umumnya tetap lebih berhati-hati terhadap sektor perkantoran.
Biaya utang yang tinggi juga memberikan tekanan repricing (penentuan harga) dan sebagian besar pasar masih berada dalam mode pencarian harga saat investor menyesuaikan target return untuk akuisisi.
"Kami tetap yakin dengan daya tarik jangka panjang dan ketahanan pasar real estat komersial Asia Pasifik, namun kami tetap realistis bahwa para investor mencari kepastian lebih lanjut mengenai harga dan situasi makroekonomi," kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 november 2023.
Sepanjang kuartal ketiga ini, China muncul sebagai pasar paling aktif di Asia Pasifik. Volume investasinya melawan tren penurunan dengan capaian USD4,7 miliar atau Rp72,2 triliun, naik 43 persen YoY di tengah partisipasi investor asing yang terbatas.
Bagi investor domestik dan korporasi, sektor industri dan logistik serta aset yang dilengkapi dengan riset dan pengembangan merupakan penerima utama modal.
Baca juga: Jenis Properti yang Bisa Jadi Investasi Menguntungkan |
Sementara di Hong Kong, aktivitas investasi mencapai USD800 juta atau Rp12,3 triliun, naik 15 persen secara tahunan dengan sebagian besar transaksi terdiri dari penempatan sekaligus dalam jumlah kecil yang melibatkan aset dengan strata-title untuk penggunaan pribadi.
Lalu, Jepang mencatat volume investasi sebesar USD4,1 miliar atau Rp63,07 triliun, dengan pertumbuhan 3 persen. Sektor industri dan logistik menjadi sektor yang aktif dalam pasar ini, dengan dua akuisisi portofolio yang mencolok oleh investor domestik, dan J-REIT yang mengakuisisi portofolio hotel seiring pemulihan pariwisata yang cepat dan kenaikan harga kamar hotel.
Korea Selatan berhasil membukukan transaksi senilai USD4,2 miliar atau Rp64,5 triliun, turun sebesar 35 persen. Penyebabnya investor domestik menggunakan sebagian besar dana investasi mereka, bersama dengan volume kantor yang mengecil akibat sentimen yang surut di kalangan investor inti global.
Sementara itu, volume investasi di Australia merosot 47 persen secara tahunan menjadi USD3,8 miliar atau Rp58,4 triliun. Pasar investasi tetap lambat karena proses penentuan harga terus berlanjut di tengah perubahan biaya pendanaan yang cepat.
Terjadi perubahan alokasi ke aset industri dan logistik serta hunian mahasiswa dengan keyakinan yang tumbuh di sektor-sektor ini. Singapura juga mengalami penurunan pada volume investasi sebesar 11 persen menjadi USD2 miliar atau setara Rp 30,7 triliun, dengan akuisisi yang mencolok di sektor hotel serta ritel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id