Knight Frank Indonesia mencatat bahwa pada 2021 rerata harga sewa per meter persegi per bulan untuk ruang kantor yang memenuhi kriteria Environmental, Social, and Governance (ESG) di CBD Jakarta (Rp304.461) lebih tinggi dibandingkan dengan yang non-ESG (Rp240.106).
Rerata biaya pemeliharaan untuk ruang kantor ESG juga tercatat lebih tinggi 25 persen jika dibandingkan dengan kantor non-ESG. Konsekuensinya, tingkat hunian yang tercatat 70,6 persen, sedikit lebih rendah dari gedung kantor non-ESG.
Baca juga: Ibu Kota Baru Dibangun dengan Konsep Infrastruktur Hijau |
"Permintaan untuk ruang kantor ESG masih sangat terbatas saat ini di Jakarta, dominan berasal dari perusahaan multinasional (MNC). Namun, permintaan tersebut cenderung tumbuh dengan stabil," kata Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 Juli 2022.
Kepedulian para MNC untuk memiliki portofolio aset hijau yang berkelanjutan membuktikan komitmen mengimplementasikan rencana mitigasi dampak perubahan iklim untuk mencapai net zero carbon pada 2030.
Walaupun gedung ramah lingkungan cenderung memiliki biaya sewa dan perawatan yang lebih mahal dari gedung kantor pada umumnya, gedung ramah lingkungan bernilai lebih tinggi sekitar 10 persen dari yang non-ESG.
Baca juga: Pertama di Dunia, Masjid stiqlal Raih Sertifikat Ramah Lingkungan |
Selain itu, operasional gedung berbasis ESG umumnya mampu menghemat 30-40 persen penggunaan energi dan 20-30 persen penggunaan air.
Menurut Associate Director Occupier Strategic & Solutions Knight Frank Indonesia Rina Martianti, saat ini occupier yang mencari ruang kantor ESG di Jakarta masih relatif segmented walaupun permintaan terus tumbuh setiap tahunnya.
"Sementara itu di ranah regional dan global, keberadaan gedung kantor berbasis ESG menjadi salah satu prioritas dari investor maupun occupier," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News