Deretan gedung perkantoran dengan pemukiman padat di sekitarnya di Jakarta. Pembangunan gedung pencakar langit wajib menerapkan teknologi tahan gempa. Antara Foto/Aprilio Akbar
Deretan gedung perkantoran dengan pemukiman padat di sekitarnya di Jakarta. Pembangunan gedung pencakar langit wajib menerapkan teknologi tahan gempa. Antara Foto/Aprilio Akbar

Pembangunan Kota Harus Antisipasi Gempa Bumi

Siswantini Suryandari • 28 September 2018 13:00
Jakarta: Kesiagaan kota-kota besar di Indonesia dalam menghadapi dan menangani gempa bumi patut dipertanyakan. Ketersediaan ruang terbuka sebagai tempat berkumpul tidaklah sebanding dengan padatnya bangunan dan banyaknya pencakar langit yang ada.
 
Maka tahap perencanaan hingga pembangunan harus memperhatikan upaya memperkecil risiko akibat gempa bumi. Di antaranya dengan pengunaan teknologi yang diakui atau tidak, harganya relatif masih tinggi karena masih diproduksi sangat terbatas.
 
"Ini harus sinergi pemerintah daerah maupun industri. Tujuannya agar teknologi untuk kegempaan ini bisa diproduksi massal dengan harga murah," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza.

Hal ini disampaikannya saat membuka workshop Kesiapan teknologi antisipasi gempa bumi di kota besar, di Jakarta, Kamis (27/9/2019). Menurutnya ada beberapa inovasi teknologi yang BPPT produksi dan bisa diterapkan di kota-kota besar, terutama Jakarta.
 
Di antaranya adalah Sijagat, teknologi kajian keandalan gedung bertingkat terhadap ancaman kegempaan. Ada juga Sikuat yakni teknologi monitoring gedung bertingkat terhadap bencana gempa bumi.
 
Pembangunan Kota Harus Antisipasi Gempa Bumi
Seratusan tenda penampungan warga korban gempa di Lombok Utara pada Agustus silam. Lapangan terbuka seluas ini di Jakarta sangat minim, padahal sangat besar perannya dalam penanganan gempa bumi. Antara Foto/Zabur Karuru.
 
Berdasarkan peraturan pemerintah yang terbit pada 2012, seluruh bangunan gedung harus memenuhi standar SNI tahan gempa. Termasuk juga jalan-jalan layang yang banyak dijumpai di kota-kota besar yang pembangunannya sudah cukup lama.
 
Kebutuhan terhadap teknologi yang dapat menekan risiko dampak gempa bumi di kota-kota besar tak dapat dipungkiri. Jakarta yang memiliki 6790 gedung sekolah dengan 1,5 juta siswanya, jelas amat butuh mencegah jatuhnya banyak korban.
 
Ini belum termasuk rumah susun, apartemen, pertokoan dan perkantoran yang jumlahnya juga ribuan. Sejauh ini langkah sudah Pemprov DKI Jakarta lakukan adalah memperkenalkan rambu-rambu peringatan gempa di sekolah, perbelanjaan dan fasilitas publik.
 
"Sedangkan untuk mengecek gedung-gedung dengan katagori sehat, yakni gedung yang sudah mendapat sertifikasi SNI tahan gempa, hingga kini masih dilakukan inventarisasi. Kami bekerja sama dengan BPPT," papar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, Tri Indrawan dalam kesempatan sama.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan