"Kami sudah mengajukan usulan kepada pemerintah, bahkan secara umum ada lima permohonan yang kami ajukan," kata Ketua DPP REI Paulus Totok Lusida beberapa waktu lalu.
Secara umum, biasanya kesulitan yang dihadapi para milenial di masa pandemi ialah proses permohonan kredit dilakukan sebelum masa pandemi. Namun, proses persetujuan keluar baru-baru ini.
Di sisi lain, tak sedikit milenial yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi sehingga banyak yang kesulitan melanjutkan proses jual-beli properti.
"Mau dialihkan ke end user lain yang saat ini sudah booking kavling juga tidak rela. Itu yang kira-kira harus jadi pertimbangan adanya relaksasi perbankan bagi milenial," jelas dia.
Asosiasi Pengembang dan Pemasar Rumah Nasional (Asprumnas) berharap perbankan memberikan sedikit kelonggaran atau relaksasi kepada calon pembeli rumah dari generasi milenial. Ini dilakukan untuk mempermudah para milenial memiliki rumah pertama.
Ketua Umum Asprumnas Muhammad Syawali menyampaikan bahwa adanya kelonggaran atau relaksasi dari perbankan memungkinkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membantu atau memfasilitasi hal tersebut. Mengingat banyak generasi milenial ingin memiliki rumah, tapi terhalang syarat dan ketentuan.
"Kami berharap dari perbankan, syarat dan ketentuan yang berlaku bagi calon pembeli rumah dari kalangan milenial agak dilonggarkan atau ada sedikit relaksasi," ungkap Syawali.
Menurut dia, dalam iklim perekonomian di masa pandemi covid-19 saat ini, peran sektor properti dan perumahan dinilai sangat penting. Kontribusi bidang properti dengan 177 industri turunannya sangat menopang perekonomian nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
